Tampilkan postingan dengan label FLORA ( PLANTS ). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FLORA ( PLANTS ). Tampilkan semua postingan

Senin, 21 Maret 2011

BUAHNYA BISA MELEDAK



Pernah melihat tanaman di atas ?...Yakin belum pernah melihatnya ?...Mungkin juga sudah sering menjumpainya. Ya..tanaman ini banyak kita jumpai di tepi jalan, di kebun di tepi sawah atau sungai. Daerah sebarannya tidak hanya di desa, bahkan di kota kita akan sering menjumpainya.

Tanaman ini termasuk dalam jenis tanaman semak dengan buah kecil berbentuk bulat panjang kecil dan ujungnya meruncing. Saat masih muda buahnya berwarna hijau dengan tengah berwarna kuning, saat tua buah berwarna coklat. Tanaman ini di setiap tempat memiliki nama berbeda-beda dan sampai saat ini penulis belum menemukan nama yang baku dan nama ilmiahnya ( bagi yang tahu nama baku dan ilmiahnya boleh menulisnya di komentar he..he..he..).

Sebenarnya tanaman ini biasa saja. Namun ada satu hal yang menarik perhatian penulis untuk mengunggahnya di blog ini. Penulis teringat pada masa kecil dulu suka bermain tanaman ini. Bagaimana cara mainnya ? Begini..! Anda melihat buahnya yang panjang runcing berwarna coklat ? Ya...buah dari tanaman inilah yang menarik dan unik, dan akhirnya bisa untuk menjadi mainan. Coba petik buahnya yang sudah coklat, lalu celupkan ujung buah yang runcing ke air. Tunggu beberapa detik...dan..."ppleetakkk.." Buah tersebut akan pecah mulai dari ujung yang runcing sampai pangkal dan menimbulkan suara yang cukup keras. Oleh karena itu penulis menamainya "Pletekan" seperti suara buahnya saat pecah. Yang lebih unik lagi, dengan buahnya seseorang bisa iseng dengan tujuan mengagetkan orang lain. Caranya ialah dengan mencelupkan buah tersebut ke air lalu meletakkannya di bahu atau di atas kepala teman yang mau diisengi. Tunggu beberapa detik...lalu akan "ppleetakk.." Bagi mereka yang menjadi korban akan cukup terkejut dengan bunyi dan getaran dari buah yang pecah tadi.

Dulu penulis sering melakukannya, namun maaf..agak sedikit jorok. Soalnya sebagai pengganti air untuk membasahi buah tadi, menggunakan air ludah ( he..he..he ). Soalnya kalau harus bawa air repot. Namun tidak apa-apalah sedikit iseng ...hehe..he

Jumat, 30 Juli 2010

PENEBAR AROMA TAK SEDAP

Siapa yang tak kenal dengan bunga bangkai. Bunga berukuran besar yang mengeluarkan bau tak sedap saat mekar. Bahkan jenis yang terbesar yaitu Amorphophallus titanium mengeluarkan bau busuk yang dapat tercium sampai radius 100 meter. Selama ini masyarakat telah banyak salah kaprah. Mereka salah mengartikan bunga bangkai sebagai Rafflesia arnoldii. Sesungguhnya kedua jenis tanaman ini sangat berbeda. Bungan bangkai memiliki daun dan batang. Sedangkan rafflesia tak memiliki daun dan batang dan hidup sebagai parasit pada tumbuhan lain. Rafflesia juga menyebarkan bau yang tak sedap seperti bangkai.

Sebaran bunga bangkai banyak terdapat di Asia Tenggara, terutama Indonesia ( Sumatra dan Jawa ), Madagaskar, India, Cina selatan dan Australia utara. Berikut ini macam-macam bunga bangkai yang bisa ditemui di Indonesia dan luar Indonesia :

1. RAFFLESIA ARNOLDII
Nama lokal : Rafflesia
Sebaran : Sumatra
Habitat : Hutan sekunder
Ukuran : diameternya 1- 2 meter







2. AMORPHOPHALLUS PRAINII
Nama lokal : -
Sebaran : Sumatra, Jawa
Habitat : Hutan sekunder, semak belukar
Ukuran : tinggi mencapai 30-40cm






3. AMORPHOPHALLUS PAEONIIFOLIUS
Nama lokal : Suweg
Sebaran : Madagaskar, India, Thailand, Indocina,
Cina selatan, Australia utara
Ukuran : tinngi mencapai 0,7 m lebar 0,5 m








4. AMORPHOPHALLUS SAGITTARIUS
Nama lokal : -
Sebaran : Jawa Barat
Habitat : Hutan sekunder
Ukuran : tinggi mencapai 30-40cm











5. AMORPHOPHALLUS TITANUM
Nama lokal : Bunga bangkai, kruing, kerubut
Sebaran : Sumatra
Habitat : Hutan sekunder
Ukuran : tinggi mencapai >2 m, lebar 1,5 m











6. AMORPHOPHALLUS DECUS-SILVAE
Nama lokal : acung jangkung
Sebaran : Jawa
Habitat : Hutan sekunder
Ukuran : tinggi batangnya bisa mencapai >4 m










DAUR HIDUP BUBGA BANGKAI

Bunga bangkai masuk dalam suku talas-talasan ( Araceae ), terdiri atas dua bagian utama : seludang dan tongkol. Seludang adalah bagian yang menyerupai mahkota berwarna merah gelap dan berfungsi melindungi bakal buah dan menarik perhatian serangga penyerbuk. Bunga bangkai betina akan mekar lebih dulu dibandingkan dengan yang jantan. Itu sebabnya penyerbukan sendiri tak pernah dapat terjadi karena saat serbuk sari keluar, bunga betina sudah tidak bisa menerima. Dengan demikian dibutuhkan penyerbukan silang.

siklus hidup bunga bangkai

Bunga bangkai memiliki siklus hidup dua tahap, yaitu masa berdaun ( vegetatif ) dan masa berbunga ( generatif ). Kedua tahapan itu selalu diselingi oleh masa istirahat. Daur hidup bunga ini berlangsung antara 20-40 tahun, sejak mulai biji hingga pertama kali berbunga.



Sumber : Harian Kompas dan National Geographic Indonesia edisi Juni 2010

Senin, 26 April 2010

BUAH GOAL / BIDARA..."apel" Sumbawa

Jika anda pernah mengarungi masa kecil di pulau Sumbawa, maka romantisme masa lalu tidak akan lekang meskipun sudah puluhan tahun meninggalkan pulau bertuah ini. Saya memang tidak lahir di Sumbawa, bapak-ibu saya bahkan aslinya berasal dari Klaten Jawa Tengah. Namun saya tumbuh dan besar dari usia 2,5 tahun sampai lulus SMU di kota Sumbawa. Saat masih berada di Sumbawa, buah ini merupakan salah satu buah favorit saya. Bentuknya bundar seperti apel, berukuran sebesar kelereng, jadi kita juga bisa menyebutnya " apel sumbawa " he.he.he. Saat masih muda warnanya hijau muda dan sangat sepet rasanya. Buah yang sudah matang berwarna coklat muda atau jingga. Rasa buah yang sudah matang sedikit aneh, perpaduan sedikit manis, kecut, dan berlendir. Agak sulit untuk mediskripsikan rasanya secara pas, pokoknya beda. Jadi tidak seperti buah lain yang sudah populer. Bagi yang pertama kali merasakan terus terang sedikit menjijikkan, seperti pertama kali saya mencobanya. Namun dijamin anda akan menyukainya. Kebanyakan buah ini diperoleh dengan cara memungut langsung dari bawah pohonnya. Jadi tidak dipetik, karena tidak ada yang mau terkena duri-duri tajam yang banyak tumbuh di batang atau ranting pohonnya.



Buah Goal dalam bahasa Indonesia dinamakan buah Bidara atau dalam bahasa latinnya disebut Ziziphus mauritiana ( keren kan namanya ? ) ialah tumbuhan hutan yang hampir tumbuh diseluruh wilayah Sumbawa. Dengan ukuran tinggi antara 2 – 6 Meter, pohon bidara akan berbuah lebat saat musim buah tiba. Khusus di pulau Sumbawa tanaman bidara biasanya berbuah menjelang bulan Suci Ramadhan. Saat inilah perburuan buah bidara dilakukan. Hampir setiap bukit dan hamparan savana yang kering pohon bidara tumbuh bahkan menjadi satu-satunya tanaman yang bisa bertahan dilahan yang tandus.
Ciri khas pohon bidara berdaun bulat kecil, ukurannya lebih lebar dari daun kelor, pohonnya sangat keras namun rantingnya dipenuhi dengan duri.

Jika mata memandang sepanjang pintu gerbang pelabuhan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat, dibukit yang gersang hanya ada dua buah pohon yang masih bertahan yakni pohon bidara dan asam jawa. Sepanjang perjalanan dari Poto Tano sampai dengan ujung timur pulau Sumbawa yang terletak di Kabupaten Bima pohon bidara masih mendominasi.
Tanaman bidara merupakan tanaman eksotik yang konon hanya bisa tumbuh sumbur di pulau Sumbawa, didaerah lain boleh dibilang keberadaan tanaman bidara sangat nihil.

Sejarah keberadaan tanaman bidara di Sumbawa tidak terdokumentasi namun benang merah keberadaan bidara bisa diurutkan dari mana asal muasal tanaman ini berada.
Dari sejarah yang tertulis ternyata buah Bidara ini merupakan buah yang pertama kali dimakan Nabi Adam Alaihi salam. Dalam Algur’an buah bidara dinamakan Shidr. Dalam surat al-waqiah 28. disebutkan “ Berada di tengah-tengah pohon bidara yang tidak berduri.” Bagi "golongan kanan," keadaan bahagia yang mereka alami di dunia ini tercermin di akhirat nanti. Sidr adalah pohon bidara, di akhirat. Pohon itu tidak memiliki duri, karena segala sesuatu di akhirat akan berada dalam bentuknya yang paling murni. Wanita akan tetap selamanya perawan, dan selamanya hidup. Segala sesuatu berada dalam bentuknya yang sempurna, termurni, dan terbaik. Duri adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan, karena itu, tidak ada dalam surga di akhirat. Tidak ada sesuatu pun yang bisa melukai penghuni surga itu.

Ditanah Arab, Buah Bidara dapat dijumpai dipasar-pasar setempat bahkan keberadaan tanaman bidara disana menjadi pendukung perbedaan khasiat madu. Madu Arab terkenal dimana-mana, salah satu factor kunci makanan lebah penghasil madu di Arab yakni keberadaan pohon Kurma dan Pohon Bidara. Tanaman bidara banyak pula tumbuh di daerah Kasmir , sebuah wilayah di Pegunungan Himalaya, yang terbelah diantara India dan Pakistan. Selain Madu Arab dikenal pula ada juga MADU KASHMIR yang banyak dikonsumsi dan menjadi favorit masyarakat di Arab Saudi dan bahkan menyebar keseluruh dunia.

Boleh jadi keberadaan tanaman Bidara di Pulau Sumbawa juga disebabkan oleh kedatangan orang-orang arab yang memang sejak lama sudah menginjak kakinya di pulau Sumbawa. Di Sumbawa, buah bidaral bukanlah buah yang dikomersilkan secara luas, pasalnya saat musim berbuah tiba semua orang bisa memetik buah bidara yang pohonnya juga menghisasi jalan-jalan sepanjang Sumbawa dari wilayah Timur sampai Barat. Namun jika malas berburu buah bidara, keberadaannya bisa juga didapatkan dipasar-pasar tradisional setempat. Harga satu mangkuk saat musim berbuah berkisar antara Rp.500 – 1000, namun diluar musim berbuah, harga buah bidara melonjak menjadi Rp.2000.

Buah bidara yang menjadi favorit masyarakat Sumbawa yakni yang berjenis buah bidara besar atau masyarakat menyebutnya goal gayong. Bentuk buah bidara ini lebih besar dibandingkan dengan bidara lainnya. Ukuran goal gayong ini sebesar kelereng bahkan rata-rata sebesar buah lengkeng yang terbesar. Akan membuat lidah bergoyang jika buah bidara ini dimakan menggunakan sambal garam. Buah yang warna hijau ditambah dengan sambal garam yang cukup pedas dipastikan kenikmatan itu tidak akan hilang begitu saja.



Secara umum buah bidara bermanfaat untuk menguatkan kecerdasan otak, memperlancar makanan di usus, Menghilangkan penyakit kuning, menghaluskan kulit, meningkatkan selera makan, menghilangkan dahak, serta menyembuhkan penyakit lambat haid.

Dalam masyarakat Sumbawa ternyata keberadaan pohon bidara juga menyentuh dunia mistik. Daun bidara dipercaya dapat mengusir setan atau mengembalikan kesadaran orang yang terkena sihir. Bahkan orang tua dulu memanfaatkan daun bidara untuk memandikan mayat jika mulut mayat tersebut tidak bisa tertutup rapat. Alhasil setelah dimandikan dengan daun bidara maka mulut mayat akan tertutup rapat.

MENGAPA POHON BUAH GOAL HARUS DILESTARIKAN ?

Selama ini masyarakat bahkan Pemerintah Daerah di pulau Sumbawa belum menyadari bahwa keberadaan pohon bidara merupakan faktor pembeda khasiat madu Sumbawa. Pulau Sumbawa terkenal sebagai salah satu penghasil madu terbaik di Indonesia bahkan boleh dibilang kualitas madu Sumbawa menyamai kualitas madu Arab.

Faktor kunci tingginya kualitas madu sumbawa tak lain adalah makanan lebah sumbawa yakni bunga pohon bidara. Pohon Bidara dengan jumlah arel luas hanya tumbuh di Sumbawa. Pohon Bidara tidak memerlukan perawatan khusus, dimana ada lahan kosong dan ada biji bidara yang tidak sengaja dijatuhkan, dipastikan pohon bidara akan tumbuh.

Secara komersial buah bidara belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Sumbawa. Buah bidara baru perjualbelikan saat musim berbuah tiba, selebihnya penikmat buah bidara tidak akan menjumpai buah bidara tersebut diluar musim berbuah. Buah bidara sebenarnya bisa menjadi buah khas Sumbawa jika bisa dimanfaatkan dengan pengolahan. Buah Bidara bisa diolah menjadi asinan dan manisan. Sudah tentu jika sudah diolah maka ketahanan bidara bisa berbulan-bulan. Daerah lain tidak memiliki buah bidara, maka sudah tentu buah ini akan menjadi buah eksotik yang merupakan ciri khas pulau Sumbawa. ( Sumbawanet.com )

GOWOK...bukan manggis bukan pula jamblang

Pertama kali melihat buah ini, kata yang muncul seketika ialah " nih buah lucu amat, bunder dan gemuk, mana item lagi he.he..". Saya bertemu buah ini saat sedang mudik di kampung halaman istri di Dusun Nggergunung Desa Wakah Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Kata ibu nama buah ini adalah Gowok. Saat itu pula mengingatkan saya akan buah lain yang hampir mirip, yaitu buah Jamblang atau Duwet namun disilangkan dengan buah Anggur..he..he..( maksa ).

mirip buah jamblang bukan ?

Bedanya kalo Jamblang bentuknya lonjong dan warnanya hitam keunguan merata, sedang Gowok bentuknya bulat gepeng dan warnanya juga hitam keunguan namun terdapat bercak putih atau hijau muda. Awalnya saya mengira buah ini masih kerabat dari buah Jamblang. Namun setelah mencoba kliteraturnya di internet, ternyata saya baru tahu kalau buah ini sama sekali tidak dekat dengan buah Jamblang, justru buah Gowok ini masih kerabat dengan buah Jambu ( he.he..tiwas sok rodo pinter, tibake adoh ).

Daging buah Jamblang berwarna keunguan, sedang daging buah Gowok berwarna putih dan terkadang sedikit merah muda. Begitu mencoba mencicipi, rasanya juga tak jauh dari rasa buah Jamblang. Hanya saja kalo buah Gowok lebih asam namun segar tanpa sepet, sedang kalo Jamblang kecut manis dengan sedikit sepet.

Daging buahnya putih kehijauan dengan rasa yang kecut segar

Gowok, kupa, atau kepa dengan nama ilmiah Eugenia polycephala adalah pohon buah anggota suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari Indonesia, khususnya Jawa dan Kalimantan. Nama-namanya dalam bahasa daerah adalah Gohok ( bahasa Betawi ), Kupa, Kupa beunyeur ( bahasa Sunda ), Gowok, Dompyong ( bahasa Jawa ).

Pohon kecil sampai sedang, tinggi 8-20 m dan gemang hingga sekitar 50 cm. Daun tunggal berhadapan, lonjong, 17-25 x 6-7 cm. Buah buni, bulat agak gepeng, 2-3 cm garis tengahnya, ungu tua hingga kehitaman mengkilap, bermahkota tabung kelopak, tersusun dalam rangkaian.[2] Daging buah putih atau agak merah ungu, banyak mengandung sari buah, masam atau asam manis agak sepat, berbiji gepeng dengan kulit putih atau merah ungu.

sekilas mirip buah mangis dengan ukuran kecil,
tetapi justru masih keluarga dengan buah jambu


Gowok tumbuh liar terutama di hutan-hutan sekunder, antara ketinggian 200-1800 m dpl. Selain itu gowok juga ditanam di ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan pertani anyang lain. Gowok kebanyakan ditanam untuk diambil buahnya, kerap dijual di pasar untuk dimakan segar, sebagai bahan rujak atau untuk disetup. Kayunya berwarna kemerahan, digunakan sebagai bahan bangunan atau perabotan. Tanaman ini diperbanyak dengan biji.



Sumber : Dokumen pribadi dan Wikipedia Indonesia

BUAH MUNDU...bulat kuning cantik

Mungkin sudah tidak asing lagi mendengar nama buah ini. Namun untuk melihatnya secara langsung mungkin tidak semua orang pernah. Bentuknya yang bulat, warnanya yang hijau muda saat masih mentah dan berubah menjadi kuning cerah saat sudah matang. Rasanya asam sedikit manis namun cukup segar. Tekstur daging buahnya lunak, kalau orang jawa menyebutnya "rodo mlenyek". Buah ini namanya Mundu. Nama ilmiahnya Granicia dulcis.

Buahnya bulat seperti tomat, kulit buahnya mengkilat

Sekilas buah Mundu ini seperti buah Kesemek. Perbedaaanya adalah : pertama, bentuk buah mundu rata-rata bulat sedikit gepeng seperti Manggis, sedang Kesemek ada yang gepeng dan ada yang bulat panjang. Kedua, warna kulit buah Mundu yang matang ialah kuning cerah mengkilat, sedang Kesemet warnanya kuning sedkit jingga dan tertutup serbuk seperti bedak. Ketiga, rasa buah Mundu asem manis, sedang Kesemek rasanya manis.

Buah yang masih muda berwarna hijau, sedang yang sudah matang
berwarna kuning atau jingga cerah


Memang sangat sulit untuk menemukan pohon buah ini. Belum tentu di satu tempat terdapat satu pohon. Kebetulan di sekitar rumah mbah saya terdapat satu pohon yang usianya sudah sangat tua. Konon pohon buah Mundu itu telah ada sejak mbah saya masih muda. Walau cuma ada satu dan tumbuhnya tepat di tepi kalen ( bahasa jawa untuk selokan atau saluran air ), pohon buah Mundu ini hampir setiap tahun selalu berbuah dan jumlahnya cukup banyak. Walau tumbuh di pekarangan orang ( namun masih saudaranya mbahku sendiri ), pemiliknya memperbolehkan siapa saja untuk mengambil. Sebab rasa buahnya yang asem membuat pemiliknya kurang suka untuk mengkonsumsinya. Kebanyakan dari mereka yang memetik karena memang doyan adalah anak-anak kecil.
Namun untuk memperoleh dan untuk mengkonsumsi buah Mundu tidaklah sangat mudah. Bentuk pohonnya lurus mengerucut dengan banyak ranting. Di mana ranting-ranting tersebut bersifat mudah patah ( istilah jawanya "pang pel" ). Jadi sangat jarang yang mau memanjat langsung untuk memetik buahnya. Kebanyakkan memilih menggunakan galah atau boso jowone "genter".

Selain cara memperolehnya sedikit susah, cara makannya juga tidak asal gigit atau "brakot" ( bahasa jawa ). Memang bagi mereka yang baru pertama kali mencoba memakannya, akan langsung saja main gigit layaknya makan apel. Maklum, bentuknya yang bikin gemes dan warnanya yang cerah akan membuat siapa saja menjadi tidak sabar untuk mengigitnya. Padahal, bila buah Mundu langsung dimakan, getah yang terdapat di dalam kulit buah Mundu sifatnya cukup keras untuk membuat kulit kita di sekitar mulut menjadi teriritasi atau "nedas" ( istilah jawanya ). Kulit kita akan memerah seperti mengalami luka bakar ringan. Rasanya sedikit perih dan gatal. Jadi cara memekan buah Mundu yang tepat ialah terlebih dahulu buah dikupas dan dicuci bersih dengan air. Baru dech bisa dimakan.

Daging buahnya berwarna kuning cukup berserat, namun teksturnya lembut

Khasiat dari memakan buah mundu ini adalah memperlancar buang air besar, karena memang daging buahnya cukup banyak mengandung serat. Selain itu kandungan vitamin C-nya juga cukup banyak. Jadi cukup baik buat yang membutuhkan asupan vitamin C. Dan satu yang pasti, dengan memakan buah Mundu ini akan membuat kita ceria dan punya banyak teman...Lho kok????..Lha yo bener..khan rasa buahnya yang kecut manis akan membuat kita yang memakannya cengar-cengir atau "pringas-pringis" seperti orang yang lagi senang..ha.ha (..maksa ya?? ). Selain itu mengingat cara untuk memperoleh buah Mundu ini sedikit susah, maka dibutuhkan kerjasama dari beberapa orang. Dari kerjasama tersebut secara otomatis akan menumbuhkan rasa pertemanan...he..he..he..( Asal saat membagi buahnya juga adil dan merata..setuju ?? ).

GENJER..sayure wong ndeso nangngeng marai ruso

Daunnya bundar sebesar telapak tangan orang dewasa dan warnanya hijau segar, tampak tebal namun tekstur permukaannya lembut dengan bulu-bulu halus di permukaanya. Tumbuh di sawah dan tepian sungai dengan tanah berlumpur dan berair. Sekilas atau bila dilihat dari jauh ( namun jangan dari jarak 100 m lebih, gak kelihatan karena kejauhan..he..he ) nampak seperti enceng gondok.


daunnya bulat kedap air dan tulang daunnya cukup jelas


Itulah tanaman yang bernama Genjer. Genjer dengan nama ilmiah Limnocharis flava biasanya banyak tumbuh di sawah setelah panen padi dan kondisi tanah belum di bajak kembali dan di sekitar daerah yang terendam air seperti tepian suaungai atau rawa. Orang jawa menamai tanaman ini dengan nama Genjer, sedangkan orang sunda menamainya Gendot.


genjer tumbuh di areal persawahan, tepian sungai dan daerah rawa
yang banyak terdapat air


Sekilas genjer mirip dengan Enceng gondok ( Eichhornia crassipes ), namun terdapat perbedaan keduanya yang mencolok. Pertama, tangkai daun Genjer kecil lurus merata, sedangkan Enceng gondok tangkai daunnya menggelembung. Kedua, daun Genjer tidak bergelombang dan tekstur permukaan daunnya lembut dengan bulu-bulu halus dipermukaannya, sedangkan daun Enceng gondok bergelombang dan permukaannya licin. Selain itu, daun Genjer sangat kedap air seperti daun Talas. Ketiga, Genjer tumbuh di tanah lumpur, sedangkan Enceng gondok tumbuh dengan mengapung di permukaan air.


sekilas mirip enceng gondok bukan ? tapi yang jelas beda


Di kampung halaman saya Klaten, Genjer sangatlah mudah ditemui. Namun di sawah, bukan di pasar-pasar. Memang karena mudah di dapat dan harganya sangatlah murah, orang-orang tidak mau menjualnya, karena cari saja ke sawah bisa pulang bawa genjer sebakul. Biasanya genjer dimasak tumis atau oseng-oseng. Rasanya cukup enak dan renyah seperti sawi hijau.


bila sudah dimasak rsanya cukup lezat...teksturnya tetap renyah


Tak hanya orang dewasa saja yang menyukai Genjer untuk dikonsumsi. Anak-anak di kampung saya pun sangat menyukai Genjer. Akan tetapi kesukaan anak-anak terhadap Genjer bukanlah untuk dimakan. Memang begitulah anak-anak pada umumnya, mereka kurang menyukai sayur. Sayur yang biasa kita makan saja mereka ogah, apalagi Genjer yang bagi mereka sedikit aneh. Anak-anak menyukai Genjer sebagai mainan. Kok bisa ? Pasti itu yang menjadi pertanyaan. Ternyata dengan memanfaatkan daun genjer dan tangkainya, anak-anak justru bisa bermain secara kreatif. Yaitu dengan menjadikan daun Genjer tadi menjadi perahu layar. Caranya sangat sederhana. Pertama, cari daun Genjer yang cukup lebar beserta tangkainya. Lalu lengkungkan tangkainya ke daun sampai menancap. Dan...taaaarrraaaa..jadi dah perhau layarnya. Tinggal dibawa ke sungai atau kolam. Dengan memanfaatkan tiupan angin anak-anak bisa berlomba adu cepat dengan kapal layar yang mereka ciptakan sendiri. Kreatif bukan ?

Tak cuma itu saja manfaat dari Genjer. Kebetulan Mbah putri saya di desa juga memanfaatkan daun Genjer untuk campuran ransum makanan bebek peliharaan. Daun Genjer dicacah kasar dan dicampur dengan dedak dan tinggal tambahakan air. Selain menghemat biaya pakan bebek, ternyata daun Genjer membuat bebek-bebek Mbah putri saya menjadi gemuk ginuk-ginuk..he..he.. Dan kotoran bebeknya pun tak begitu berbau, serta warnanya sedikit indah yaitu kehijau-hijauan..he..he..


Sumber : Mbah Putri di kampung, Wikipedia indonesia

LERAK..sang deterjen alami

Di jaman kita hidup sekarang, sangatlah lebih enak bila dibandingkan mudanya kakek nenek kita. Apalagi di era yang serba modern dan instan sekarang ini, kita tidak perlu bersusah-susah. Mau masak nasi tinggal masukin beras ke rice cooker, mau nyuci tinggal masukin pakaian kotor plus deterjen ke mesin cuci.

Ngomong-ngomong tentang cuci-mencuci, siapa yang yang tak kenal deterjen dengan segudang merk yang beredar di negeri kita ini. " Cukup setakar bisa buat nyuci pakaian kotor seember..".. " Mencuci tangan tetap lembut...". " kekuatan sepuluh tangan.." dan sebagainya... Begitulah berbagai bunyi hasutan dari berbagai iklan deterjen di televisi. Namun dari sekian banyak produk deterjen yang beredar di pasaran, apakah ada yang benar-benar ramah lingkungan ?


deterjen merupakan buah kemajuan teknologi,
namun dampaknya sangat merusak lingkungan


Setelah mencuci baju, kulit tangan Anda terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga gatal? Bila itu yang Anda rasakan, maka deterjen Anda adalah bukan deterjen yang baik bagi kesehatan. Hati-hati, pemakaian terus-menerus menimbulkan gangguan pada fungsi-fungsi organ, seperti pada sistem pencernaan dan fungsi hati. Air yang terkontaminasi deterjen, dapat mengganggu fungsi-fungsi organ. Dalam waktu panjang, dapat merusak sistem pencernaan, dan fungsi hati. Hal itu disebabkan oleh susunan rantai kimia surfaktan, yang ada di dalam deterjen itu.

Ternyata selain tidak bersahabat dengan tubuh manusia, deterjen juga tidak ramah terhadap lingkungan. Di dalamnya terdapat zat-zat yang tidak bisa atau sulit terurai secara alami oleh tanah. Zat-zat kimia tersebut kemudian terakumulasi selama bertahun-tahun dan merembes ke dalam sumber air tanah. Zat pembersih seperti chlorine— yaitu zat kimia yang banyak dipakai sebagai pemutih dalam deterjen—membutuhkan waktu selama 150 tahun untuk terurai sempurna. Demikian juga ABS (alkyl benzene sulphonate), zat kimia yang digunakan sebagai penghasil busa pada berbagai deterjen. Saking kuatnya ikatan rantai molekul-molekul penyusunnya, ABS baru bisa terurai sempurna dalam waktu kurang lebih 500 tahun!!

Pada masa mudanya kakek nenek kita dahulu, mereka tidak mengenal yang namanya deterjen. Boro-boro mengenal, mungkin pabriknya saja belum ada. Untuk keperluan mencuci baju, mereka memanfaatkan busa yang diperoleh dari tumbuhan yang bernama "Lerak". Lerak (terutama Sapindus rarak De Candole, dapat pula S. mukorossi) atau dikenal juga sebagai rerek atau lamuran adalah tumbuhan yang dikenal karena kegunaan bijinya yang dipakai sebagai deterjen tradisional.

buah lerak sekilas mirip dengan buah kurma, tetapi bentuknya bulat, sedang buah kurma lonjong


Tumbuhan lerak berbentuk pohon dan rata-rata memiliki tinggi 10m walaupun bisa mencapai 42 meter dengan diameter 1m, karenanya pohon lerak besar dengan kualitas kayunya setara dengan kayu jati. Sehingga banyak ditebang karena memiliki nilai ekonomis. Bentuk daunnya bulat-telur berujung runcing, bertepi rata, bertangkai pendek dan berwarna hijau. Biji terbungkus kulit cukup keras bulat seperti kelereng, kalau sudah masak warnanya coklat kehitaman, permukaan buah licin dan mengkilat.

Biji lerak mengandung saponin, suatu alkaloid beracun, saponin inilah yang menghasilkan busa dan berfungsi sebagai bahan pencuci, dan dapat pula dimanfaatkan sebagai pembersih berbagai peralatan dapur, lantai, bahkan dapat dipakai untuk memandikan dan membersihkan binatang peliharaan. Kandungan racun biji lerak juga berpotensi sebagai insektisida. Cara mendapatkan busa buah lerak sangatlah gampang. Buah lerak cukup dimemarkan dengan cara dipukul. Lalu gosokkan buah lerak yang telah memar tadi pada kain atau baju yang akan dicuci. Dengan kain atau pakaian dibasahi terlebih dahulu. Kulit buah lerak dapat digunakan sebagai pembersih wajah untuk mengurangi jerawat dan kudis. Busa yang dihasilkan dari buah lerak tidaknya merusak lingkungan. Busa tersebut dengan sendirinya akan terurai.


mencari buah lerak sangat sulit, karena pohon sudah jarang


Namun sekarang ini sangatlah sulit untuk menemukan pohon lerak. Biasanya para pengrajin batik tradisionallah yang masih menggunakan lerak untuk mencuci kain batik. Busa buah lerak tidak akan merusak warna kain batik, namun justru sebaliknya. Dengan di cuci dengan menggunakan busa buah lerak, warna kain batik akan bertahan lebih lama.


Sumber : Mbah Putri di kampung, LIPI dan Wikipedia Indonesia

KELOR..rasanya enak dan "sakti"

Pohon Kelor yang nama ilmiahnya Moringa oleivera termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 -11 meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Pengembangbiakannya dapat dengan cara stek.

Inilah rupa daun dan buah kelor

Bagi masyarakat Indonesia, kelor memiliki banyak nama. Jadi masing-masing daerah memiliki sebutan masing-masing : Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung, Sumbawa), Kerol (Buru); Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano ( Sumba), Ongge (Bima); Hau fo (Timor);

Bagi saya yang pernah tinggal di Sumbawa Besar, kelor sudah tidak asing lagi. Di sana daun kelor dipakai untuk campuran sayur bening, sedang buahnya yang panjang dipakai untuk campuran sayur asem.

Enak juga untuk campuan sayur asem

Hal ini sangat berbeda 180 derajat dengan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa, daun kelor tidak lazim untuk dikonsumsi. Justru di Jawa daun kelor terdengar seram. Bagaimana tidak seram, di Jawa daun kelor dipakai salah satu syarat dalam memandikan jenasah. Di dalam air untuk memandikan jenasah diberi beberapa tangkai daun kelor.

Lain lagi dengan di pulau Lombok. Di pulau Lombok, selain dikonsumsi, pohon kelor termasuk tanaman yang sakti atau ampuh untuk memusnahkan ilmu hitam. Pernah ada seorang teman saya yang saat itu sedang berkunjung di suatu desa pelosok di pulau Lombok. Suatu sore ia mendengar warga desa berteriak-teriak mengejar sesosok mahkluk aneh dengan wujud setengah anjing setengah burung. Badan berbentuk seperti burung, namun berkepala anjing. Tidak berapa lama seorang warga dapat mendekati mahkluk tersebut dan langsung memukulnya dengan menggunakan sebatang ranting pohon kelor. Mahkluk tersebut langsung jatuh tersungkur dan seketika berubah kembali menjadi sosok wanita. Rupanya mahkluk tersebut adalah leak, yaitu mahkluk jelmaan dari manusia yang mempelajari ilmu hitam. Ternyata leak bisa dikalahkan dengan menggunakan sebatang tangkai kelor, namun syaratnya harus satu kali pukul. Konon bila kita memukulnya lebih dari satu kali, leak justru akan bertambah kuat. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi leak Bali. Leak Bali dikenal lebih kuat daripada leak Lombok.

Di luar kemampuannya untuk menghilangkan ilmu hitam dan penggunaannya yang sedikit seram, ternyata pohon kelor juga menyimpan manfaat lain, yaitu sebagai obat tradisional. Kelor dapat digunakan sebagai : Diuretik, Stimulan, Ekspektoran, Analgesik.


Sumber : Sumbawanet.com, Ipteknet , Kaskus.com