Senin, 13 Januari 2014

Ibu,,,,

Ibu…
Nasihatmu memberi kekuatan untukku
rangkulanmu menjadi penyangga
kerapuhanku untuk menapaki hari-hari penuh liku
semoga semua itu tak akan pernah layu!

Ibu…
Dalam kelembutan cintamu, kulihat kekuatan dalam tangis air matamu, kulihat semangat
menggelora dalam dirimu, terkumpul seluruh daya dunia!

Jumat, 10 Januari 2014

PDT 32 Palagan Ambarawa By Dila Maretihaqsari

Tags

PDT 32 Palagan Ambarawa

August 31, 2008 at 2:05pm

Sepanjang Jalan Kenangan

Jogja-Ambarawa


(hari 1-2)

“ Ayo, gari sak plintengan neh!” Kalimat ini menjadi sebuah jimat yang membekas kala PDT tahun 2003. PDT kali ini mengambil rute Jogja-Ambarawa. Rute yang cukup membuat shock tetapi juga special. Kenapa bisa? Karena banyak kisah yang hingga kini masih begitu sayang untuk dibuang.

Sanggaku paling sangga!

Perjalanan kami dimulai dari sekolah tercinta Padamanaba. Aku tergabung dengan tim yang alhamdulillah geblek-geblek, heheh. Pos pemberangkatan berada di SMU 9, di Sagan. Jika regu yang lainnya (pendrobak, penegas, pelaksana) memilih untuk jalan kaki (galakkan anti Global Warming), sangga kami tetap yang paling praktis dan cerdas, yaitu naik bis jalur 2, haha. Secara yang menjadi pinsa adalah Christina Trijayanti alias mba’TJ, sangga kami mengusung tema praktis dan nyaman. Contoh konkritnya adalah: 1. Tidak pernah tidur di tenda (kecuali 1 malam kelabu). 2. Tidak pernah memasak (secara selalu jajan;D). 3. Selalu santai. 4. Tetapi tetap menang, ahahha! Totally, menyenangkan sekali bergabung dengan sangga ini. Kita memang jarang ada di barisan terdepan. Tapi itulah enaknya! Kembali kepada tema praktis dan nyaman, kami sering mendapat contekan jawaban dari pendobrak dan xx di pos-pos yang kebetulan mereka duluan. Hehe..sst jangan cerita-cerita ya ;p.

Mendadak Merampok Rumah

Hari ke-1. SMU9-Jl.Palagan-Jl.Magelang-Lapangan Jumoyo.

Mungkin sial mungkin gembira. Tentunya sudah pada tahu bahwa rumah salah satu anggota ambalan yang kebetulan berada dalam jangkauan rute PDT belum tentu selamat. Kenapa begitu? Karena akan dibuktikan dengan cerita berikut.

Yak! Tepat dugaan anda! Rumah saya merupakan tumbal tahun ini. Rumah saya berada di Jalan Magelang, otomatis dilewati oleh serombongan peserta PDT yang entah bagaimana bentuknya! Saat itu, hari semakin menjelang petang. Kaki kelelahan. Ada yang sudah mulai kapalan. Perut pun keroncongan. Pos entah pos berapa terletak di daerah Tempel, sungguh dekat dengan rumah saya. Seketika, tercetus ide untuk mampir ke rumah saya untuk sekedar menjamah makanan, dan menumpang ibadah. Sekonyong-konyong saya menelepon ibu saya, menodong makanan untuk orang sekitar 20 dalam waktu 1 jam.

Alhasil sampailah semuanya di rumah saya. Yang saya ingat menu malam itu hanyalah mie rebus, tahu, dan sebagian lagi saya lupa. Walau begitu saya menghargai usaha ibu saya yang sampai meminjam ricecooker tetangga karena takut nasinya kurang. Intinya adalah, malam itu kami menggemparkan orang rumah saya sekaligus tetangga saya.

Sekedar tambahan, setelah sampai di basecamp, sangga pelaksana protes pada kami karena tidak diajak mampir rumah saya. Alasan kami adalah demi prestasi pangkalan kita!!heheh..Secara sangga pelaksana dapat bendera etape hari pertama.

Operasi Kapal

Hari ke-2. Lpangan Jumoyo-Lapangan Candimulyo.

Gawat!Gawat!Gawat! PDT memang mengajarkan banyak hal. Dari yang tidak tahu menjadi tahu. PDT juga menimbulkan bayak efek samping. Dari efek kaki kapalan, lelah luar biasa, hitam, sampai kurus ;p.Kali ini adalah kasus kapalan. Saya jadi tahu sakitnya merasakan kapalan di kaki. Kejadian na’as ini terjadi pada hari ke-2. Sebenarnya banyak juga sih korban kapalan dari pangkalan kami. Oknumnya adalah Nica( Jin Poker), Chesa, Dila (alias saya, hehe), dan mungkin masih banyak lagi yang merahasiakan penyakit berbahaya ini, eheh. Cerita ini sedikit memalukan sih. Saya sempat diangkut ambulan sambil menangis karena kasus kapalan ini. La, sakit banget sih. Sampai di pos berapa entah lupa, Tim SBH (Saka Bhakti Husada—Red.) mengancam bahwa saya harus dioperasi, alias ‘kapal’ saya itu harus digunting, disobek-sobek, berdarah-darah, dan diplester. Weeeeer..saya langsung nangis deh, tidak rela telapak kaki saya amburadul, hehehe. Agak malu juga tapi apa boleh buat. Padahal sebenarnya kapalan saya juga tidak seberapa jika dibandingkan dengan milik Chesa atau Mba Nica. Kalau Chesa, malah berasa pakai sepatu kali, saking banyaknya. Mungkin diya koleksi. Dan asal tahu saja bahwa Chesa ini dijuluki dengan lemari berjalan. Gimana tidak? Carier yang dipakainya sebesar kulkas, sumpah. Pantas saja kapalan seluruh permukaan kaki. Untung tidak di mukanya yang ganteng, haha.

Keadaan sebaliknya dialami oleh peserta sangga pelaksana bernama Tika alias Cepi. Diya ini sangat membanggakan ramuan mujarobnya, ramuan anti kapal. Ramuan yang terdiri dari bawang merah goring dan minyak secukupnya ini sebenarnya sudah ditawarkan sejak hari pertama. Tapi, secara saya gengsi ya gimana..tangis dan malu ditanggung….saya sendiri, hehehe.

Malam hari ke-2 diisi dengan bersantai dan presentasi (opo kae sik cepi?) yang dilakoni oleh Tika, dll. Semua menyemangati!

(hari 3)

Harus dapat Etape!

Hari ke-3 PDT. SD Kalipucang-SD Bedono.

Hari pertama, sangga palaksana dapat bendera etape, yaitu bendera bagi siapa yang pertama kali menginjakkan kaki di basecamp. Entah kenapa, kami sebagai sangga perintis yang praktis dan nyaman merasa kebakaran. Kami juga pengen lah yauuw dapat bendera etape. Akhirnya hari itu kami bertekad harus dan wajib ain hukumnya untuk dapat bendera etape.

Untuk mencapai ini semua perlu perjuangan yang tidak ringan alias berat. Hari kedua diwarnai dengan guyuran hujan sepoi-sepoi (sepoi??—Red.). Saya masih ingat ketika saya memakai ponco, berjalan sendiri, lewat terminal, lewat pasar, waduuuh kalo sekarang mah maluuu banget! Tapi..demi Etape!!

Kami selalu dibayang-bayangi oleh ‘bayangan merah’, secara waktu itu sangga pelaksana berseragam merah, hehe. Setiap melihat sekelebatan merah, hayuuk! Tambah digenjot tambah aye!!

Perjuangan panjang tidak sia-sia hari itu, kami berhasil menjadi sangga pertama putri yang sampai di basecamp. Saya sampai terlihat kurus kering waktu itu (apa iya??—Red.). Masih ingat jelas, basecamp hari kedua adalah SD Kali Pucang! Nama yang cukup membuat dahi berkerut. Wow! Bletok-bletok oye! Di sinilah kesialan mulai menerpa. Dari jatuh kepleset dan numplek di depan umum, sampai merasakan tidur di lautan. Di sini pula terjadi kebodohan yang wagu. Misalnya, kejadian sore itu..para supplier datang. Mereka menawarkan mie ayam pada kami. Dan yang bikin ngenes adalah makan cara baru! Memakan mie ayam dengan sumpit yang berbahan baku bolpen! Tentu saja karena tidak ada sendok. Terobosan ini dicetuskan oleh Sidiq.

Malam itu kegiatannya adalah menonton film. Saya sih tidak konsen ke filmnya, konsen ke pesertanya, hahah! Secara film yang diputar agak tidak bermutu, tentang survive gitu sih, tapi gimana gitu deh, hehe. Justru acara nonton film ini disalahgunakan oleh sebagian oknum pangkalan kami untuk saling PDKT (pendekatan kalee..—Red.), haha. Sebut saja inisial RMD yang memberi cokelat batang kepada inisial INDH dengan menggunakan jasa YYK, hahaha, seru sekali.

Setelah puas dengan ajang PDKT (baca: nonton film bareng), sangga kami seperti biasa mencari mushola untuk tidur atau apapun yang beratap (secara kami anti tidur di tenda, hehe). Sayang seribu sayang, mushola tak ada.. (ada, tapi ga oleh ditiduri kata Bayu/Panitia PDT—Red.) di aula pun diusir panitia. Dengan sangat terpaksa, kami tidur di tenda.

Malam makin larut, nyamuk makin napsu, tiba-tiba saya merasakan sentuhan-sentuhan basah di dasar alas tidur saya. Yak! Bagus sekali! Ternyata tenda kami kebanjiran! Karena kami cerdas dan siap tanggap, kami segera mengevakuasi diri ke emperan kelas dan meniduri lantai apapun yang dikira muat dan kosong.

Paginya adalah kebanggaan bagi perintis. Penobatan eh penyematan bendera etape! Hore-hore berhadiah! Saya loo yang maju dan salah satu wakil sangga pendobrak berinisial RY. Salah satu yang sangat senang dengan perampasan bendera etape ini adalah mba NIca, nama bekennya sih jin poker, hehehe. Diya nih aye banget deh denganstyle perjalanannya. Tongkat di tangan kanan, payung di tangan kiri, muka menerawang tanpa harapan, sosok seperti bayangan. Dapat dipastikan bahwa dialah mbak Nica, hehehe. Tapi begitu dapat bendera etape, wedeee semangatnya..tapi tetap dengan styleyang sama.

Menyuap Komja dengan Mie Ayam

Naga-naganya, makanan berjenis mie ayam memang cukup popular di kalangan PDTlovers!Heheh.Pernyataan ini terbukti dengan kejadian berikut ini. Oiya, kalau untuk minuman yang ngetop waktu itu pepsi blue ;p (ga boleh ngiklan gretongan say..haruse bayar tuh!—Red.).

Waktu itu hari kedua, sangga pendobrak sangat eksis dengan berjalan tepat di belakang Komja (komandan perjalanan—Red.). Hujan mulai menerpa. Eh tidak dinyana, para Komja merasa kehujanan, ya iyalah orang udah dibilang ujan juga. Jadi, si Komja-komja itu merasa perlu berteduh alias berhenti, mungkin takut warna kulitnya luntur. Waa..sangga pendobrak panik ini. Kalau Komjanya berhenti, nanti sangga-sangga lain bakalan keburu nyusul dan kemungkinan bersaing makin besar lagi. Waktu itu, saingan terberat adalah sangga dari SMA 1. Segala daya upaya dilakukan oleh para pendobrak. Oknum waktu itu adalah Riyo, Eqi, Wijaya, Alfi, Dibob, Cesa, Taruna. Rayuan-rayuan maut untuk membujuk komja agar tetap jalan segera diluncurkan. Secara mereka orang-orang terlatih. Heheh. Materi pun dikorbankan. Mereka rela menyuap Komja dengan menjanjikan Mie ayam yang kemepul agar Komja tetap mau jalan. Tidak hanya itu, mereka juga meminjamkan ponco atau manthel mereka untuk para Komja itu. Bak pahlawan, Pendobrak mengarungi sisa rute hari kedua dengan menerjang hujan. Perjuangan yang mengharukan bukan? heheheh.

Kasus Pecurian

Berbagai macam kisah, cerita, suka, duka terjadi di sini. Sampai kasus pencurian pun tersedia (jreng-jreng..sontrek menyerupai backsound sinetron pas adegan tegang).

Oknum tersangka di sini adalah peserta dari sangga pendobrak berinisial DB (bukan demam berdarah). Obyek yang dimaling adalah TAHU. Hehehe, karena tidak tahan godaan, DB akirnya bertindak nekat dnegan menggondol tahu persediaan panitia di basecamp hari ke-3. Kejadian ini cukup membuat heboh teman-temannya karena DB dikenal dengan pribadi yang soleh, rajin ibadah dan rajin ceramah.

(hari 4-5)

Perang Bubat

HAri ke-4..

Seingat saya, hari ke-4 adalah hari yang beraaat sekali. Waktu itu saya sudah teler dan tidak sanggup membawa ransel saya. Alhasil, carier saya hari itu dibawakan oleh para penyelamat bumi dari sangga penegas, Sunar dan mas Yoyok, thanx a lot beby;), heheh. Dengan jalan yang lunglai lemah tak bergairah dan mengenakan kaos putih PPLB 2003 sampailah saya beserta keluarga perintis di stasiun Bedono. Wah..wah..mulai dari sini, entah kenapa semangat saya jadi berlipat ganda. Kami (perintis) bertemu dengan sangga-sangga lain yang sepangkalan;). Lalu, kami meneruskan perjalanan bersama-sama kebasecamp sambil menyanyikan Mars Padmanaba. Waduuh..senangnya saat itu. Secara kami memang artisnya PDT, ehehehh.

Hujan kembali mengguyur daerah xx sore itu. Kami lalu mengevakuasi diri (lagi-lagi) ke SD sebelah lapangan. Tenda-tenda dibongkar lagi karena hujannya sangat lebat sekali. Tapi, di sinilah peristiwa-peristiwa romantis terjadi, hahaha. Secara kan hujan bikin romantis..(maksa ya?). Oiya, jangan sampai lupa, di basecamp ini kami menemukan tempat favorit baru yaitu POM BENSIN. Heheh. POM BENSIN ini terletak tidak jauh daribasecamp. Fasilitasnya lengkaaap banget! Dari Mini market, kamar mandi, mushola, fullmusik pula! Duh, aji gile deh! Kami betah banget lama-lama kongkow di sini sore itu.

Malam hari ke-4 ini merupakan malam yang sangat spesial. FKR (Festival Kesenian Rakyat—Red.) akan digelar malam itu. Saya berperan sebagai Dyah Pitaloka di pentas drama yang berjudul Perat Bubat. FKR dari pangkalan kami kali ini menceritakan tentang perang Bubat antara kerajaan Pajajaran dan Majapahit (kalo gak salah hehe). Wah, FKR ini ayye banget deh. Sutradaranya adalah Mba Puspa. Kami sudah berlatih jauh-jauh hari. Kostum dan make-up pun telah disiapkan oleh para supplier yang selalu setia. Adegan Capoeira dari Mas Una dan Jabar sangat menarik perhatian. Totally, pentas ini sukses berat. Kami mendapatkan juara 1. Duuh..senangnya menang terus! Hahaha.

Kesimpulan dari hari ke-4 sih totally perfecto walaupun hujan mengguyur tanpa ampun. Banyak jajanan (dari mulai bakso sampai sate), fasilitas POM BENSIN cinta yang menyejukkan, dan suksusnya FKR.

Sepanjang Jalan Kenangan

Inilah momen terpenting selama lima hari PDT. Hari ke-5 atau bekennya sih hari terakhir. Kami punya tradisi tersendiri di setiap PDT hari terakhir. Kami, satu pangkalan akan sengaja jalan bersama-sama menikmati perjalanan dan tepat di depan penjaring alias belakang sendiri. Kami sudah tidak memikirkan etape, karena memang tidak ada, kami tidak memikirkan tugas dan sebagainya. Waah..enjoy banget deh.

Hari terakhir ini adalah harinya rel kereta. Hehe. Kami banyak melewati jalan rel kereta. Panasnya memang bukan main. Untungnya kami selalu sedia payung sebelum kebakaran. Heehe. Daan ternyata hari ke-5 kami punya agenda mampir ke rumah eyangnya mba westi (peserta sangga pelaksana). Kami mium-minum dan bercanda. Tampaknya penjaring mulai sebal dengan pemandangan ini. Hehe. Sampai-sampai kami berjalan di belakang penjaring..Wah..wah..rekor bukan??Heheh. Masuk MURI nih ;p.

Walaupun penuh keceriaan, tapi teryata menyisakan luka bagi sebagian kecil oknum (tepatnya saya sih, ahhaha). Pertamanya saya berjalan bareng Indah (sangga perintis), tetapi karena satu dan lain hal, kok akhirnya saya jalan sendiri ya? Hahah, puanas, tanpa payung pula. Si Indah itu malah sudah eksis dengan Wijaya, berpayung bersama. Selamat dan Sukses. Sementara saya harus menerima dengan qona’ah fenomena beberapa cinta lokasi di sepanjang jalan kenangan. Hahaha.

Okay! Setelah perjalanan pahit melihat penampakan, akhirnya bertemu juga dengan Museum Kereta Api Ambarawa. Waaahh..senangnya sudah sampai. Semua bergembira dan berkeringat. Rasanya puaas banget. Secara bersukur gitu udah sampai setelah nomaden selama 5 hari, juga menikmati pahitnya fenomena di depan mata. Hahaha. Setelah melewati tanjakan-tanjakan setan, melawan panas, menerjang badai, alhamdulillah, semuanya kembali berbinar setelah melihat stasiun itu.

Dari stasiun, kami berjalan bersama lagi menuju Museum Ambarawa yang terkenal itu dan berpulang ke Jogja dengan bis yang dikawal polisi. Kereen lo kami. Semua lampu merah diterjang. Hahaha.

Kembali lagi ke Jogja, kembali lagi ke balai kota. Selama pengumuman, kami kebanyakan bersorak sorai, secara banyak menangnya. Hahah, sombongnya. Dari FKR, fotografi, TTG, dll. Perintis pun memboyong juara 3 sangga pengembara. Hal ini sangatsurprise juga sih, secara kami selalu menyikapi pengembaraan ini dengan sangat santai. Hahah.

Kami berkumpul dan seperti biasa, melakukan ritual. Mengelilingi piala-piala yang bejibun (cailah), kami Menyanyikan lagi Syukur, meneriakan Bhakti Vidya, dan Mars Padmanaba! Sunar sang Pradana sampai tidak tahan untuk menitikktan air mata saking senangnya. Ayye, PDT 32 tamat!

Begitu banyak kenangan yang masih membekas dari PDT 32. Mulai dari cerita lucu, pahit, mengahrukan, dan perjuangan. Secuil kisah tadi mungkin tidak cukup membawa kita kembali menikmati indahnya PDT bersama Ambalan Kartini-Yos Sudarso. Namun, semoga cukup untuk mengobati kangen kita pada tingkah aneh dan jiwa petualang yang mungkin memudar untuk sementara waktu  .

Thx to: Semua actor dan aktris PDT 32 (Sunar, Yoyok, Putro, Jabar, Rohmad, Alfi, Riyo, Eky, Taruna, Wijaya, Cesa, Dibob, TJ, Dila, Indah, Nica, Nisa, Rossi, Ave, Ratih, Ninung, Tika, Westi, Jeane, Rani, Wono) Ambalan Kartini-Yos Suarso, Mbak Teje yang menemaniku menangis sepanjang jalan di hari ke-2, Sunar dan Mas Yoyok untuk membawakan tasku di hari ke-4, Wijaya penyelamatku selama PDT, Alfi yang selalu semangat! Indah tempat sampahku selama PDT, supplier, dan Riyo yang telah memberi warna di PDT 32, ahhaha!

Terimakasih semua. Bagi yang belum pernah mencicipi apa itu PDT, kaliyan rugi beribu-ribu kisah seru di dalamnya, heheheh.

Dila.

Nama beken pas SMA chubby.

Padz 61

Kamis, 09 Januari 2014

Baduy -Alam, budaya, dan kearifan lokal- #Sebuah Pilihan hidup

Tags


Percakapan Di Kereta Bengawan

Malam itu, didalam sebuah kereta ekonomi dalam perjalanan dari Jogja menuju jakarta, seperti biasa...kami selalu ngobrol ngalor ngidul. menceritakan tentang apa saja. Topik tentang Baduy tanpa sengaja meluncur dari mulut saya. Saya selalu suka ketika bercerita tentang Baduy, orang dan alamnya. Tumbu ketemu tutup. Pembicaraan tentang topik ini ditanggapi oleh Pak Jaka n mb Nanik. Sudah sejak awal tahun 2013 saya pengen banget ke baduy lagi, g nyangka..dengan omong-omong iseng, ternyata ada yang kesangkut.

Dan pembahasan pun berlanjut lewat email. Kami memutuskan akan pergi kesana tanggal 4 Januari, pas Pak Jaka g punya tiket untuk pulang ke Jawa. Okey..itinerary pun dibuat. saya mengirimkan email ke beberapa orang. Mencoba mencari tahu juga tentang contact Guide. Kebetulan, contact yang teman saya punya diperjalanan pertama saya ke Baduy sudah hilang. Al hasil, haruslah saya sms n email ke beberapa orang yang kira-kira tahu.

"Mb Indah beneran mau ke Baduy" Kata Lukas
"Aku ada ni temen yang bisa nemenin kesana. Dia suka kalo diminta nemenin ke Baduy.Banyak kenal juga sama orang Baduy"

Sebut saja "Babe"

 
Pria ini berusia 72 tahun tanggal 23 Januari besok. Wow! satu kata itu yang keluar dari mulut kami ketika melihatnya pertama kali. Bapak ini masih aktif bolak balik ke Baduy dan naik gunung. beberapa hari sebelum mengantar kami, dia baru saja balik dari Baduy, bersama anak-anak imada. Perjalanan bekasi-ciboleger-Baduy dipenuhi cerita beliau, tentang apapun. Mulai dari pekerjaannya sebagai wartawan, cerita tentang tahun 70-80an, tentang kearifan baduy, bahkan tentang Soe Hok Gie. 

Beliau pertama kali ke Baduy tahun 1960-an. Sangat suka bolak-balik ke Baduy, dan selalu bersemangat menemani orang-orang yang ingin mengunjungi Baduy. Beliau mempunyai Bapak angkat di Baduy Luar. Tempat itu disebut Gazebo. Hampir semua penduduk baduy dalam di Cibeo mengenalnya. Mereka memanggilnya "Utun", nama aslinya.

How To Get There


Perjalanan Harapan Indah - Ciboleger, yang saya tahu bisa ditempuh dengan 3 cara:
Mobil                    : Via tol bekasi barat - bogor - Parung - Rangkas - Ciboleger
                               (Sewa mobil Rp 300.000/hari, bensin Rp 230.000 PP)
Angkutan Umum   : Kereta Api (Tanah Abang - Rangkas Bitung , th 2011 Rp 2.000)
                            ; Elf (Rangkas Bitung - Ciboleger)
Jalan Kaki            : Khusus orang-orang Baduy dalam (atau mungkin bagi anda yang menginginkannya)

Welcome To Baduy


07.30 Kami berangkat dari Tol bekasi barat menuju Ciboleger, 13.30 Kami sampai di Ciboleger.
Mobil kami parkir di rumah teman Babe, di sebuah tempat cuci Mobil sebelum pintu masuk Ciboleger. Setelah persiapan kami selesai, membeli senter, lilin, indomie, dan peralatan lainnya, kami mulai berjalan.

Jalan setapak terasa agak padat, bukan hanya kami yang berniat mengunjungi baduy. Ada dari persatuan guru, ada anak-anak SMP, dan lain-lain. 

Kami akan berjalan menuju perkampungan Baduy Luar yang terakhir sebelum masuk ke Baduy Dalam. Apa sih bedanya Baduy Luar dan Dalam? kenapa harus dibedakan?

-Baduy Luar-

-Baduy Dalam-

Dari beberapa referensi, bisa terlihat perbedaan antara Baduy Luar dan Dalam. 
Ini yang saya pelajari ketika saya melihatnya langsung: 

1. Pakaian
Baduy Luar : Mereka memakai pakaian yang hampir sama dengan kita pada umumnya, namun mereka masih memakai kain berwarna biru yang menjadi ciri khas mereka, untuk menutup bagian bawah mereka. Mayoritas wanitanya memakai kalung emas di lehernya. Kebanyakan para lelakinya sudah menggunakan kaos dan celana seperti kita. Terkadang mereka memakai tutup kepala berwarna hitam. 

Baduy Dalam: Mereka memakai kain atasan berwarna putih dan kain berwarna biru tua untuk bawahan. Untuk prianya, mereka memakai tutup kepala berwarna Putih. Baju yang mereka kenakan, hasil jahitan tangan mereka sendiri. rapi dan kuat itu kesan saya ketika menyentuh jahitannya. Seorang ibu juga bercerita, anaknya yang berusia 6 tahun pun sudah bisa menjahit bajunya sendiri. 

2. Penggunaan peralatan dari Luar
Baduy Luar: mereka sudah menggunakan senter, lilin, peralatan mandi (seperti sabun, alat cuci piring, dll), Handphone, dan lain-lain

Baduy dalam: mereka menggunakan bahan-bahan dari alam. misal untuk membangun rumah (tanpa palu, paku, dsb. Mereka menggunakan tali dari akar dan rotan, menggunakan bambu, menggunakan pasak sebagai penyambungnya), mereka tidak menggunakan bahan-bahan kimia seperti sabun..mereka menggunakan tanaman untuk membersihkan diri mereka. untuk penerangan mereka tidak menggunakan senter...mereka mengunakan sabut kelapa yang dibakar, atau sumbu minyak didalam botol.

3. Kamar Mandi
Baduy Luar : Baduy Luar mempunyai Kamar mandi di belakang rumah mereka. terpisah dari rumah. Namun hanya bisa dipakai untuk mandi dan buang air kecil. Sedangkan untuk buang air besar, tempatnya tetap di Sungai

Baduy dalam : Mereka tidak mempunyai kamar mandi. Segala proses mandi, mencuci, buang hajat dilakukan di sungai.

4. Penggunaan Kamera
Baduy Luar    ; Di wilayah Baduy Luar, kami masih diperbolehkan untuk memotret dan mengambil gambar

Baduy Dalam : Di Wilayah Baduy dalam, peralatan memotret disimpan di tas, kami tidak dieprbolehkan untuk mengambil gambar.

5. Alat Transportasi
Baduy Luar : ketika mereka melakukan jual beli di luar baduy atau pergi ke Jakarta, mereka menggunakan alat transportasi pada umumnya

Baduy Dalam : ketika mereka keluar dari Baduy, kemanapun mereka, mereka berjalan kaki. 

6. Berladang
Ada aturan di Baduy Dalam untuk tidak mengubah struktur tanah ketika menggarapnya. dan itu benar-benar nyata, ketika kami melihat mereka menanam padi di perbukitan dengan mengikuti kontur bukit (tidak membuat terasering seperti yang kita lihat biasanya). 1 pertanyaan yang muncul. bagaimana cara mereka menanam di lahan terjal dengan tingkat kemiringan seperti itu?

7. Bahasa, Agama, Pernikahan, melahirkan, dan kematian
Saya bertanya pada beberapa orang di baduy Dalam tentang semua itu. Mereka menjelaskannya dengan ramah dan senang. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda. Agamanya adalah Sunda wiwitan. Hari besar agamanya disebut Kawalu (prosesnya bisa berlangsung 3 bulan. Tahun ini jatuh dibulan Februari-April). Pada Bulan itu, Baduy dalam tidak bisa dikunjungi. Mereka sibuk dengan persiapan dan prosesi Kawalu, seperti berburu , ngeriung dan menyampaikan petuah-petuah.

Mereka menikah dengan sesama orang di baduy dalam, bahkan dengan sepupu mereka. Prosesnya dengan dijodohkan. ada 3 tahapan lamaran, tunangan, dan proses pernikahan. Proses lamaran adalah rembug keluarga, proses tunangan dengan bertukar cincin (cincin yang kemarin ditunjukan kesaya adalah cincin perak), dan proses pernikahan dengan membawa seserahan. 

Saat Wanita sedang hamil, mereka tetap pergi keladang, kecuali mereka merasa sakit atau sudah mendekati hari kelahiran. mereka melahirkan dirumah dengan memanggil dukun beranak. Suaminya menunggu di Luar ruangan (malu katanya kalau ada suami menemani). 7 Hari setelah melahirkan, para ibu sudah kembali bekerja diladang, dengan membawa anaknya yang berusia 7 hari. mereka menidurkannya di saung. Oya..bayi baduy yang berumur 7 hari, akan mendapatkan gelang yang terbuat dari kain, yang sudah didoakan oleh sang Pu'un (pemangku adat mereka)

Rata-rata umur orang Baduy adalah 80-an. Saat ini ada seorang pria yang mencapai umur 120. kami melihatnya nongkrong di depan rumahnya dari kejauhan. Proses kematiannya sama dengan kita, dibersihkan dan dibungkus dengan kain.

- Rumah Baduy dan Lumbung Padi-

Rumah orang-orang baduy ada di Perbukitan, berbentuk rumah panggung. terbuat dari Bambu dan beratapkan daun. Mereka tinggal menetap, mempunyai berbagai mata pencaharian. Mereka memiliki lumbung padi yang jauh dari pemukiman. 

Orang-orang Baduy dalam bercerita, proses pengumpulan bahan-bahan untuk membuat rumah bisa sampai 1 bulan. Namun proses perakitannya, 1 hari mereka bisa merakit 20 rumah. Mereka membuat rumah dari bahan - bahan alam, dibuat secara gotong royong, pihak yang punya rumah memberikan makanan 


Kami Menginap disebuah rumah warga Baduy Luar. Sesampainya disana, para perempuan bersiap untuk memasak. Hampir pukul 18.00 waktu itu, tanpa listrik, keadaan dapur begitu gelap. Kami memakai center dan lilin sebagai penerangan. Mereka memasak menggunakan kayu bakar. untuk ulekan, mereka menggunakan batok kelapa dan kayu sebagai ulekannya. 

Untuk makan, mereka sudah menggunakan piring dan gelas seperti biasa. Namun kalau kita ada di Baduy dalam, mereka menggunakan Bambu sebagai gelasnya. 
                                                    

Menikmati Kegelapan malam di Baduy
Hari sudah semakin gelap. kami sudah makan dan membersihkan diri. Kami mulai menata senter dan menyalakan lilin. Malam itu diisi dengan berbagai cerita dari Babe. Babe juga sempat cerita tentang Soe Hok Gie, temannya kala di UI. Saya ercerita tentang keinginan saya bertemu pangeran berkuda putih saya (haha!) dan harapan bisa ngeliat bintang jatuh ;p . 

Oya...malam itu juga dihiasi dengan cahaya dari Kunang-kunang...cahaya yang tidak mungkin bisa dilihat di negri bernama Jakarta ;p
                                                 

Pemandangan Alam Baduy benar-benar memukau.
Pemandangan alam yang menakjubkan, air yang begitu jernih, daun-daun yang begitu hijau. Alam yang sungguh indah. ada berapa jembatan yang terbuat dari bambu dan akar. Sungguh indah. 

Disuatu bukit di Baduy dalam, kami sangat takjub dengan suara seruling alam, hasil suara dari kincir raksasa dan Bambu panjang berlubang yang tertiup angin. menghasilkan suara yang begitu indah. 


Dalam Perjalanan, nemuin beberapa binatang dan tumbuhan yang belum pernah saya lihat. (garis bawah "saya"). Kata babe, tumbuhan hijau paling kanan itu adalah bunga Bangkai. Saya tidak tahu pastinya. Disini, saya juga baru tau bentuknya pohon kolang kaling...kami bertemu juga dengan pohon pisang hias...
Dan kami takjub ketika melihat Kaki seribu yang begitu besar melintas dijalan setapak yang kami lalui.

-Kami, di Baduy :) -

Mengunjungi Baduy selalu menyenangkan. Perjalanan tracking yang asyik, disuguhi pemandangan alam yang begitu elok, ditemani dengan suara seruling alam. Kadang duduk melepas penat, tersandung batu, jatuh terjembab, dituntun naik bukit oleh anak baduy dalam berusia 6 tahun, diceritain kisah silsilah keluarga kerajaan bondowoso sepanjang perjalanan, Tinggal di rumah baduy penuh dengan kesederhanaan, tanpa penerangan dan tanpa signal HP. Sejenak melepas lelah ibukota, hanya menikmati kebersamaan malam, bercerita dan menikmati dingin dan hembusan angin baduy. Merasakan keramahan warga Baduy dalam, kesederhanaannya, kearifannya dalam menjaga alam dan adatnya. 


"Orang-orang Baduy memilih tinggal di hutan, rumah berdinding bambu beratapkan daun, tanpa listrik, tidak terpengaruh oleh dunia luar..bukan karena mereka tidak mampu. Tapi itu pilihan mereka. Pilihan untuk menjaga alam dan adat istiadat mereka."





Dibuang Sayang



LPJ Pengeluaran Dana


Sekian, 
Indah Kusumastuti

Kamis, 02 Januari 2014

Backpacker to Pangandaran - Green Canyon #The Hidden Paradise

Tags


30 Desember 2013


"Pertengahan bulan ini, aku ke Jobsite" kata Pak Sri

Pertengahan bulan ini, tanggal 14 Januari, saya dan teman-teman kantor berencana pergi ke Green Canyon
Namun, karna ada salah satu dari kami yang akan pergi ke jobsite, akhirnya kami memutuskan untuk mengubah jadwal

31 Desember 2013

Pukul 14.30 - "Indah, buruan kebawah,..ayo kita berangkat!"
Dan Backpacker pun dimulai ...

Rute:
Harapan Indah - Stasiun Bekasi (Nebeng Pak Fidaus / Bisa naik angkot 01) - Rp.5000/orang
Bekasi-Pangandaran
: Via Bus Budiman Bekasi-Pangandaran (18.00,19.00,20.00) -Rp 80.000 (bisnis AC)
: Via Bus Budiman Bekasi-Tasikmalaya (16.00) - Rp.50.000 (Bisnis AC)
: Via Bus Budiman Gentong (Tasik) - Pangandaran (21.00) - Rp 40.000 (Bisnis AC)

-Rute Harapan Indah-Pangandaran-

Kami memutuskan memakai Bus Budiman Bekasi - Tasik (16.00)
Dan memilih berganti Bus 2 kali karna takut terjebak macet
kalau kami menunggu bus Bekasi Pangandaran pukul 18.00

-Terminal Bekasi, Bus Budiman, Suasana didalam Bus-

18.30 saya terbangun oleh suara pedagang yang menjajakan tahu sumedang. Rupanya kami sudah keluar dari tol, menuju tasikmalaya. dan tanpa kemacetan lalu lintas. Melewati pegunungan dan sawah-sawah. Langit dihiasi dengan Firewall malam itu

23.50 Saya kembali dibangunkan oleh suara letusan. Yap..Giant Firewall! Pesta kembang api pun dimulai. Kami menikmatinya dari dalam bus, lalu tertidur kembali

1 Januari 2014

02.00 Welcome To Pangandaran!
Wow..kami tiba lebih cepat dari yang kami perkirakan. kemana kita dini hari begini ya?
Kami pun melihat sekitar...ada Masjid agung rupanya disebelah terminal Pangandaran. Serambinya penuh dengan warga yang bergeleparan. Sepertinya mereka memutuskan bermalam dimasjid setelah menikmati pesta kembang api.

Akhirnya kami pergi ke warung nasi goreng disebelah Masjid Agung. Setelah Puas dan kenyang makan Nasi goreng, kami pun "nggelar" Ponco di trotoar Bank Mandiri...dan kemudian terlelap

04.30 Suara adzan subuh membangunkan kami. Membersihkan diri di toilet Masjid, Wudhu dan Shalat Subuh. Setelah itu, kami memutuskan untuk jalan-jalan pagi (dengan membawa ransel kami tentunya) menuju Pantai Timur Pangandaran-dengan niat skalian menikmati sunrise.

-Pagi di Pangandaran-

08.00 Setelah makan pagi (ditempat yang sama dengan makan malamnya ;) kami memutuskan untuk charter angkot menuju green canyon. Kayanya si kepegang sama makelarnya, jadi agak mahal. PP 300.000 (1Angkot)

Perjalanan Terminal Pangandaran menuju PO Body Raftingnya kurang lebih 1 jam. Saat kesana, ada kira-kira 10 Km jalannya agak rusak. Diperjalanan, kami melihat juga Papan menuju Citumang. Pak supir angkotnya cerita, kalo Citumang juga tempat yang oke untuk Body rafting. harganya juga lebih murah, Rp 75.000/orang

09.00 Sampailah kami ditempat pendaftaran Body Rafting.( http://bodyraftingbaraja.blogspot.com/ ). Sebelumnya, saya belum sempet searching tentang mau pake pemandu yang mana. ini Pak supir yang memilihkan dan membawa kita kesini. Selain Rombongan kita, ada 2 rombongan juga dari jakarta. yang satu rombongan teman kerja, yang satu kelihatannya rombongan mahasiswa.

-Pendaftaran Body Rafting, Persiapan Pake Sunblock, Mejeng dengan peralatan lengkap-

Tarif Body Rafting Baraja  : Rp 200.000/orang
Fasilitas : Rompi, helm, pelindung kaki, kendaraan menuju tempat start (pickup terbuka kapasitas 10 orang), body rafting selama 4 jam, naik perahu dari titik finish body rafting - PO Baraja (menyusuri rute perahu Green Canyon)

Kita bisa membawa kamera dan uang, nanti dititipin ke pemandunya.
Mereka sudah siap dengan tas anti air, tupperware untuk meletakkan HP dan kamera, air minum, dan snack.



Body Rafting ini sangat menarik. Recomended banget untuk yang sedang ingin menikmati alam dan petualangannya.

Saat menuju tempat start, kami disuguhi dengan pemandangan sawah-sawah dan hutan. Setelah breafing awal, kami menuruni bukit sedikit untuk menuju tempat start body rafting. dari atas sudah terlihat betapa indahnya  Green Canyon dengan warna hijau airnya.

-Perjalanan dari Baraja menuju Tempat Start-

Pemandangan yang lebih indah lagi pada saat kami menyusuri sungai dengan berbagai gaya. kadang telentang, tengkurap, bertemu dengan jeram-jeram, kadang kami juga diminta untuk memanjat karang-karang dan bebatuan yang ada di sepanjang sungai tersebut.

-Body Rafting dengan berbagai gaya-

-Hutan,Jeram,Karang, dan bebatuan yang kami lewati-

Pemandangan yang elok datang dari gemercik air yang turun melalui batu-batu...membentuk sebuah air terjun   yang indah.


dan rute pun berakhir dengan loncat dari atas tebing kedalam sungai.
Ternyata tempat finishnya ini adalah tempat finishnya orang-orang yang naik perahu juga.
Mereka turun dari perahu mereka, dan bermain air juga, sama dengan kita.
Tapi gerakan yang naik perahu hanya terbatas sampai tempat finish itu saja

Dan Kamipun berebut naik ke kapal, dengan team dari pemandu yang lainnya juga
Kapal kami berbeda dengan kapal visitor perahu. kapal kami tanpa atap.
Membawa kami sejauh 500m kearah lokasi dimana kapal2 berhenti untuk menunggu penumpang
Setelah menunggu sekitar 15 menit diatas, kami diangkut perahu lagi menuju Basecamp

Source: Google
Ternyata perahu ini juga melalui rute perahu Green canyon
Jadi sebeernya kita dapet Triple nih..dapet 4 jam body rafting, 15 menit naik perahu, dan makan siang!

Bercerita dengan Bule

Entah Bagaimana, tiba-tiba bisa muncul 2 bule di angkot yang uda kita charter
Tapi yaa...tak apalah...kita jadi bisa cerita-cerita sama mereka
Mereka 1 bulan visit ke Indonesia. Tertarik mengunjungi Indonesia, karena beberapa bule banyak yang kesini. tapi terbatas hanya ke Bali dan Lombok saja. Na..mereka melihat, Indonesia itu kan luas ya...masa cuma ke Bali dan Lombok saja. Makanya mereka pengen coba Tour ke Jawa Juga
Rute mereka: Pangandaran - Jogja - Surabaya - Bali - Lombok

Mereka bertanya tentang Yogya, tempat wisata jogja yang wajib dikunjungi, makanan apa yang harus mereka nikamtin kalo mereka kesana, jadwal-jadwal dan rute terbaik yang bisa mereka coba.
Wah..senang bisa cerita tentang Indonesia ke mereka...Kami juga memasukkan beberapa tempat wisata di indonesia yang seharusnya mereka coba, seperti Derawan di Kalimantan, Takabonerate di Sulawesi, Pulau Komodo, Raja ampat di Papua, Kawah ijen dan Bromo di Jawa Timur.

Mereka sangat excited mendengar cerita kami, langsung mencatat di kertas kecil mereka, dan mencari nama-nama tersebut di buku panduan wisata Indonesia.

Mereka baru 3 hari nyampe di Indonesia, dan mereka bilang orang Indonesia itu ramah. selalu tersenyum dan sangat enak untuk meminta petunjuk tempat-tempat wisata. Mereka juga ingin belajar tentang bahasa Indonesia. Seperti: bagaimana kita mengucapkan salam disini, mengucap Thank you dengan bahasa sini, selamat pgi, malam, dan lain sebagainya.

Oya...mereka juga bercerita tentang negara asal mereka lo..Canada..Sebuah negri yang besar. yang kadang untuk pindah ke tempat yang lain, bisa dengan 6 jam perjalanan udara. Mereka juga bercerita tentang beberapa macam orang ditempet mereka, eskimo dan orang-orang Amish (yang menurut mereka, sebuah komunitas yang masih mengikuti trend 80-an)..dimana disatu sisi orang-orang disana menggunakan mobil untuk alat transportasinya, mereka masih menunggang kuda, dan lain-lain

Ya....inilah Indahnya Backpacker
Ada warna disetiap detiknya
Pencarian jadwal Bus, Oper Bus yang tiba-tiba (karena dapet info dari penumpang lain), menunggu bus tengah malam, pengamen, tidur diemperan toko, jalan pagi-pagi menuju pantai, charter angkot untuk alat transportasi (yang sempet twar-menawar sama makelarnya langsung, namun gagal ;p, body rafting yang amazing banget, kenalan sama orang-orang di team body rafting yang lainnya, dan diakhir berhadiah ngobrol dengan "Bule Canada"

Laporan Pertanggungjawaban Dana




Salam,

-The Team-