Pembicaraan mengenai internet selalu berujung pada kontroversi: Apakah Internet itu Baik atau Buruk? Sebagian orang berpendapat bahwa internet sangat baik karena telah membantu 'melekatkan' hubungan antarmanusia baik dalam jangkauan lokal maupun internasional dan merupakan pendukung, atau bahkan pencipta utama dari era globalisasi. Akan tetapi, tidak sedikit pula golongan yang berpendapat bahwa internet itu buruk karena mampu menciptakan masyarakat yang amoral , merenggangkan hubungan keluarga karena ada satu pihak yang terlalu kecanduan internet sehingga kurang memperhatikan lingkungan sosial, serta menjadikan generasi muda dewasa sebelum waktunya (terutama bagi kalangan anak-anak yang bisa mengakses konten pornografi dengan mudah dari internet).
Menurut saya pribadi, meskipun internet memiliki sisi yang buruk, sisi yang baik tetap mendominasi dan bahkan menjadi pembentuk gaya hidup serta kunci kesuksesan saat ini. Pendapat ini bukannya tidak beralasan, melainkan berdasar akan fakta-fakta berikut yang saya rangkum dalam beberapa kategori:
Prestasi
Internet merupakan sumber pengetahuan terkaya di dunia yang bisa diakses secara gratis pada umumnya, entah itu pengetahuan yang 'serius' seperti yang tercantum pada online journal atau yang ringan seperti trivia-trivia unik dalam situs seperti Wikipedia. Pengetahuan yang unlimited ini kemudian mampu mendorong manusia untuk menuangkan pikiran-pikiran yang revolusioner demi kemajuan bersama dan bahkan mencetak prestasi yang sensasional. Internet juga menyediakan informasi akan perlombaan atau kompetisi yang dilaksanakan oleh suatu lembaga (termasuk kompetisi ini) untuk kemudian bisa diakses oleh masyarakat banyak yang bahkan berdomisili di luar pulau tempat terselenggaranya perlombaan. Exposure yang lebih luas ini juga kemudian berhasil menjaring peserta yang lebih banyak dengan ide dan karya yang beragam. Secara pribadi, internet sangat membantu saya dalam hal pengerjaan tugas yang tentunya sangat berpengaruh pada keseluruhan nilai akhir (akademik), bahkan yang mengantarkan saya untuk meraih beasiswa penuh dari suatu universitas karena berita akan beasiswa tersebut pertama kali saya ketahui dari internet. Begitu pula dengan memenangkan beberapa kompetisi yang disebarkan via internet, prestasi saya di bidang nonakademik pun bertambah dimana semuanya sangat layak untuk dicantumkan dalam CV. Kondisi ini tentunya sangat bertolak belakang pada zaman 1990an ke bawah dimana orang tua saya pernah bercerita bahwa menciptakan sebuah karya pada saat itu sangat sulit karena terbatasnya narasumber, sumber daya, dan info akan sesuatu.
Karier
Internet mampu mengembangkan bahkan memberikan peluang untuk berkarier kepada manusia. Situs seperti jobsdb.com setiap hari selalu meng-update puluhan bahkan ratusan lowongan pekerjaan yang bisa diakses dengan mudah dan jauh lebih akurat dibanding lowongan dalam media cetak. Saat inipun bagian HRD perusahaan juga kebanyakan meminta pelamar kerja untuk mengirimkan CV dan dokumen penting lainnya via email (softcopy) dibanding mengirimkannya langsung dalam bentuk hardcopy ke perusahaan. Bukan hanya itu, internet juga membantu manusia untuk membangun branding dan personal image, terutama melalui social media seperti Linkedin. Beberapa perusahaan besar di Amerika juga saat ini meminta pelamar untuk menyertakan URL Facebook dalam dokumen mereka sebagai indikator apakah mereka memiliki profesionalitas dan karakteristik seperti yang diinginkan perusahaan. Hal ini tentunya memberikan peringatan bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan social media ataupun aplikasi-aplikasi lain yang berhubungan langsung dengan internet yang bisa diakses secara bebas.
Koneksi
Internet atau social media secara spesifik jelas memperluas koneksi manusia. Jika tadinya sebelum internet diciptakan pergaulan kita hanya sebatas di lingkungan rumah, sekolah, maupun tempat kerja, sekarang kita bahkan bisa menjalin hubungan pertemanan dengan individu dari daerah ataupun negara lain melalui social media seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya secara mudah. Bahkan ada satu teman saya yang sekarang berteman dengan Pandji dan beberapa artis lainnya hanya karena ia pernah memenangkan kuis yang diadakan oleh Pandji via Twitter. Social media juga membantu kita untuk membangun atau menemukan komunitas dengan interest yang sama, seperti yang saya amati langsung dalam acara Pesta Blogger+ 2010: ada komunitas blogger Bekasi, blogger Madura, komunitas ibu-ibu yang hobi masak, pecinta fiksi, dan sebagainya.
Acara
Internet membantu kita untuk lebih aware akan adanya suatu event di lokasi tertentu, karena sekarang kebanyakan informasi akan suatu event disebarluaskan di internet bukan hanya media cetak. Bukan hanya itu, untuk masalah pengajuan proposal sponsorship pun internet sangat membantu karena saat ini banyak perusahaan yang meminta agar proposalnya dikirim via email, memghemat biaya dan waktu.
Bisnis
Berdasarkan hasil diskusi dalam Markplus Conference 2011 dimana saya menjadi salah satu pesertanya, fokus utama dunia bisnis untuk tahun 2011 ke atas adalah Youth, Woman, and Netizen (YWN Subcultures). Netizen sendiri mengacu pada pengguna internet yang jumlahnya semakin bertambah tiap tahunnya. Netizen juga sangat penting untuk membangun image dari suatu produk atau bahkan perusahaan karena merekalah yang mayoritas terlibat pada conversation on products dan doyan online shopping. Adanya perkembangan signifikan, baik jumlah, pangsa pasar, maupun pendapatan akan industri kreatif dengan media pemasaran social media atau situs-situs yang menjual barang secara online seperti eBay dan bhinneka.com juga merupakan penegas akan pentingnya internet dalam dunia bisnis. Bisnis aksesoris wanita yang saya rintis dengan teman saya dengan menggunakan media pemasaran Facebook adalah contoh nyata dari pernyataan sebelumnya: pendapatan kami sempat naik hingga 300% sebulan karena semakin banyaknya jumlah teman kami dan testimoni positif di Facebook, serta karena seorang fashion blogger yang cukup dikenal secara luas memajang produk kami di situsnya (buzz marketing).
Nation Building
Internet membantu membentuk identitas suatu negara, bercermin akan perilaku mereka terhadap internet itu sendiri (bisa diakses bebas atau tidak). Selain itu, internet juga bisa digunakan sebagai media pemasaran situs-situs pariwisata di suatu negara yang layak untuk dijelajahi warga negara lain, mendatangkan devisa negara. Internet juga membuat warga internasional yang tadinya kurang tahu akan situasi internal suatu negara untuk lebih aware dan bahkan ada yang aktif membantu, seperti yang bisa kita pelajari dari kasus Mesir.
Social Control
Internet secara tidak langsung menjadi social control dan juga penyampai gagasan masyarakat akan isu-isu sensitif yang tersebar dalam suatu wilayah atau negara, tak terkecuali di Indonesia sendiri. Masih kita ingat betapa penolakan masyarakat yang keras akan pembangunan gedung DPR baru di social media akhirnya berakibat pada teranulirnya keputusan itu. Begitu pula adanya perdebatan sengit yang berlangsung di Twitter berkenaan akan kasus penyerangan kepada Ahmadiyah dan gereja juga memperlambat proses pengambilan keputusan terkait masalah tersebut oleh pemerintah karena baik pihak pro dan kontra memiliki argumen dan pengaruh yang kuat. Dari internet pula kita bisa tahu kasus ketidakadilan hukum yang menimpa ibu salah satu generasi muda Indonesia dengan segudang prestasi (Alanda Kariza), yang kemudian membuka mata masyarakat akan betapa anehnya negara kita ini.
Secara singkat, internet membantu memfasilitasi proses transformasi masyarakat menjadi lebih sophisticated (lebih 'melek' akan perkembangan teknologi), terbuka dan connected (via social media), lebih green (pengiriman dokumen via email mengurangi jumlah pemakaian kertas secara signifikan yang tentunya mengurangi jumlah pohon yang ditebang untuk memenuhi kuota produksi kertas), serta lebih sensitif akan isu-isu lokal maupun internasional. Internet juga mampu mencetak individu-individu yang sukses selama mereka bisa memanfaatkan sisi positif internet secara penuh untuk menunjang pencapaian prestasi, karier, dan bisnis mereka.
Jakarta, 17 Februari 2011
Riska Kusuma Wardhani
www.bhinneka.com
GOOD NEWS
Home
dan Gaya Hidup
Internet
Saya
Internet: Pembentuk Gaya Hidup dan Kunci Kesuksesan di Era Globalisasi
Kamis, 17 Februari 2011
Internet: Pembentuk Gaya Hidup dan Kunci Kesuksesan di Era Globalisasi
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon