Kita yang tinggal di desa di kaki gunung tentulah beruntung bila dibandinggkan dengan yang tinggal di perkotaan. Di kaki gunung air berlimpah dan kualitasnya masih cukup baik. Sedang di kota air bersih terbatas. Selain jumlah air berlimpah, di kaki gunung cara mendapatkan airnya juga rada beda. Dengan kondisi geografis yang berbukit-bukit tentu tidak mudah membuat sebuah sumur untuk mendapatkan air. Kalaupun ingin tetap menggali sumur, diperlukan kerja ekstra berat, perlu banyak tenaga dan biaya. Hal ini disebabkan karena letak air tanah di daerah kaki gunung cukuplah dalam. Namun masyarakat di kaki gunung punya solusi yang lebih baik dan mudah dalam mendapatkan air bersih.
Di kaki gunung pepohonan masih cukup lebat sehingga banyak bisa ditemui mata air. Masyarakat cukup memanfaatkan keberadaan mata air tersebut untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Untuk menyalurkan air dari sumbernya ke rumah-rumah masyarakat bergotong royong membangun saluran air. Mereka menyalurkan air dengan menggunakan pipa-pipa besi dan PVC. Dari mata air, air disalurkan ke setiap desa dengan pipa besi ukuran cukup besar, dimana di setiap desa telah ada bak ukuran besar sebagai tampungan sementara. Setelah dari bak besar, air disalurkan ke setiap dusun dengan pipa PVC yang ukurannya lebih kecil daripada pipa besi tadi.
Di setiap dusun telah terdapat bak air denga ukuran yang lebih kecil. Barulah dari bak ukuran kecil tadi air disalurkan ke rumah-rumah dengan menggunakan selang pastik seukuran jari. Di rumahpun, setiap warga sudah menyiapkan dua buah bak besar guna menampung air. Satu bak pertama sebagai tampungan awal sekaligus cadangan, dan bak kedua letaknya di kamar mandi. Bak kedua inilah air dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.
Memperoleh air langsung dari mata air bukan berarti ketersediannya air akan selalu melimpah. Bila musim kemarau, debit air bisa kecil. Namun bila saat musim hujan, debit air cukup banyak. Tidak cukup sampai disini saja. Ternyata walaupun kita tak perlu menimba dalam mendapatkan air, bukan berarti pipa-pipa penyalur air tadi tidak lepas dari perwatan. Memang untuk pipa besi ukuran besar bisa awet sangat lama, akan tetapi pipa jenis PVC perlu diganti secara berkala setiap sekian tahun sekali. namun yang paling sering memerlukan pemeriksaan adalah pipa plastik yang menuju ke rumah tadi. Sering kali pipa plastik ini tersumbat oleh lumut, sehingga perlu sering-sering dibersihkan dengan cara di"ogrok-ogrok" dengan menggunakan kawat panjang. Jadi..agar air tetap mengalir sampai rumah..lumut harus disingkirkan...karena di gunung susah bikin sumur.
Kita yang tinggal di desa di kaki gunung tentulah beruntung bila dibandinggkan dengan yang tinggal di perkotaan. Di kaki gunung air berlimpah dan kualitasnya masih cukup baik. Sedang di kota air bersih terbatas. Selain jumlah air berlimpah, di kaki gunung cara mendapatkan airnya juga rada beda. Dengan kondisi geografis yang berbukit-bukit tentu tidak mudah membuat sebuah sumur untuk mendapatkan air. Kalaupun ingin tetap menggali sumur, diperlukan kerja ekstra berat, perlu banyak tenaga dan biaya. Hal ini disebabkan karena letak air tanah di daerah kaki gunung cukuplah dalam. Namun masyarakat di kaki gunung punya solusi yang lebih baik dan mudah dalam mendapatkan air bersih.
Di kaki gunung pepohonan masih cukup lebat sehingga banyak bisa ditemui mata air. Masyarakat cukup memanfaatkan keberadaan mata air tersebut untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Untuk menyalurkan air dari sumbernya ke rumah-rumah masyarakat bergotong royong membangun saluran air. Mereka menyalurkan air dengan menggunakan pipa-pipa besi dan PVC. Dari mata air, air disalurkan ke setiap desa dengan pipa besi ukuran cukup besar, dimana di setiap desa telah ada bak ukuran besar sebagai tampungan sementara. Setelah dari bak besar, air disalurkan ke setiap dusun dengan pipa PVC yang ukurannya lebih kecil daripada pipa besi tadi. Di setiap dusun telah terdapat bak air denga ukuran yang lebih kecil. Barulah dari bak ukuran kecil tadi air disalurkan ke rumah-rumah dengan menggunakan selang pastik seukuran jari. Di rumahpun, setiap warga sudah menyiapkan dua buah bak besar guna menampung air. Satu bak pertama sebagai tampungan awal sekaligus cadangan, dan bak kedua letaknya di kamar mandi. Bak kedua inilah air dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.
Memperoleh air langsung dari mata air bukan berarti ketersediannya air akan selalu melimpah. Bila musim kemarau, debit air bisa kecil. Namun bila saat musim hujan, debit air cukup banyak. Tidak cukup sampai disini saja. Ternyata walaupun kita tak perlu menimba dalam mendapatkan air, bukan berarti pipa-pipa penyalur air tadi tidak lepas dari perwatan. Memang untuk pipa besi ukuran besar bisa awet sangat lama, akan tetapi pipa jenis PVC perlu diganti secara berkala setiap sekian tahun sekali. namun yang paling sering memerlukan pemeriksaan adalah pipa plastik yang menuju ke rumah tadi. Sering kali pipa plastik ini tersumbat oleh lumut, sehingga perlu sering-sering dibersihkan dengan cara di"ogrok-ogrok" dengan menggunakan kawat panjang. Jadi..agar air tetap mengalir sampai rumah..lumut harus disingkirkan...karena di gunung susah bikin sumur.
Di kaki gunung pepohonan masih cukup lebat sehingga banyak bisa ditemui mata air. Masyarakat cukup memanfaatkan keberadaan mata air tersebut untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Untuk menyalurkan air dari sumbernya ke rumah-rumah masyarakat bergotong royong membangun saluran air. Mereka menyalurkan air dengan menggunakan pipa-pipa besi dan PVC. Dari mata air, air disalurkan ke setiap desa dengan pipa besi ukuran cukup besar, dimana di setiap desa telah ada bak ukuran besar sebagai tampungan sementara. Setelah dari bak besar, air disalurkan ke setiap dusun dengan pipa PVC yang ukurannya lebih kecil daripada pipa besi tadi. Di setiap dusun telah terdapat bak air denga ukuran yang lebih kecil. Barulah dari bak ukuran kecil tadi air disalurkan ke rumah-rumah dengan menggunakan selang pastik seukuran jari. Di rumahpun, setiap warga sudah menyiapkan dua buah bak besar guna menampung air. Satu bak pertama sebagai tampungan awal sekaligus cadangan, dan bak kedua letaknya di kamar mandi. Bak kedua inilah air dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.
Memperoleh air langsung dari mata air bukan berarti ketersediannya air akan selalu melimpah. Bila musim kemarau, debit air bisa kecil. Namun bila saat musim hujan, debit air cukup banyak. Tidak cukup sampai disini saja. Ternyata walaupun kita tak perlu menimba dalam mendapatkan air, bukan berarti pipa-pipa penyalur air tadi tidak lepas dari perwatan. Memang untuk pipa besi ukuran besar bisa awet sangat lama, akan tetapi pipa jenis PVC perlu diganti secara berkala setiap sekian tahun sekali. namun yang paling sering memerlukan pemeriksaan adalah pipa plastik yang menuju ke rumah tadi. Sering kali pipa plastik ini tersumbat oleh lumut, sehingga perlu sering-sering dibersihkan dengan cara di"ogrok-ogrok" dengan menggunakan kawat panjang. Jadi..agar air tetap mengalir sampai rumah..lumut harus disingkirkan...karena di gunung susah bikin sumur.
EmoticonEmoticon