Ada sebuah daerah di Jawa Tengah yang benar-benar tepat di tengah-tengah Jawa Tengah. Udaranya yang sejuk dengan pemandangan alam yang elok berupa gunung berapi dan jajaran pegunungan. Daerah tersebut bernama Plateu Dieng. Plateu adalah sebuah dataran tinggi yang puncaknya berupa dataran rata yang luas. Dieng merupakan salah satu tempat terindah di Jawa Tengah yang menjadi daya tarik wisata. Tidak hanya kumpulan gunung berapinya seperti : Gunung Prahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, namun juga perbukitan dengan ladang sayurannya. Selain itu terdapat juga komplek Candi Arjuna yang mungkin sebagian besar masyarakat sudah mengenalnya.
Ternyata kekayaan yang dimiliki oleh Dieng tidak hanya gunung berapi, jajaran pegunungan dan hamparan lading sayur mayur yang elok saja. Di sana juga menyimpan kekayaan budaya yang sangat unik, yaitu tradisi potong rambut gimbal. Tradisi ini terdapat di Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Walau tidak semua tak semua anak di desa berambut gimbal, namun jumlah anak yang berambut gimbal cukup banyak. Gimbal tersebut tidak seperti yang dimiliki oleh anak-anak penggemar aliran rasta atau anak punk yang dengan sengaja membuatnya menjadi gimbal. Gimbal yang dimiliki anak-anak di dataran Dieng ini terjadi secara alami.
Warga setempat percaya bahwa anak gimbal tersebut adalah titisan dari Mbah Kolodite yang diyakini secara turun-temurun sebagai kiai yang memilki ilmu spiritual tinggi di Dataran Tinggi Dieng pada dahulu kala. Awal mulanya seorang anak memiliki rambut gimbal adalah ketika mereka akan menginjak usia satu tahun. Anak-anak itu mengalami demam tinggi yang bagi medis tidak bisa mengatasinya. Hingga beberapa minggu setelah mengalami demam, timbullah rambut gimbal pada anak-anak itu. Jika rambut gimbal itu disisir, rambut itu akan kembali gimbal. Sementara jika rambut gimbal itu dipotong, anaknya akan sakit keras. Oleh karena itu diperlukan ritual khusus untuk memotong rambut gimbal.
Permintaan anak berambut gimbal harus dituruti sebagai syarat ritual, selain juga anak gimbal bersedia mengikuti ritual atas kemauannya sendiri. Ritual potong rambut gimbal dilaksanakan di Komplek Candi Arjuna. Permintaan anak gimbal bermacam-macam dan terkadang lucu atau aneh. Ada yang meminta tempe gembus setampah, bebek lima ekor, telur asin seember, seekor kambing dan lain-lainnya.
Setelah semua kebutuhan ritual terpenuhi, termasuk menambahkan ikatan kain di kepala dan menyelimuti tubuh anak gimbal dengan kain mori serta anak gimbal telah dibersihkan dengan air Sendang Sedayu, satu per satu anak gimbal didudukkan di tangga candi. Ritual pemotongan rambut gimbal dimulai, dengan diiringi rapalan doa dari sesepuh desa, orangtua dan warga yang hadir menyertai ritual.
Itulah salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Dataran Tinggi Dieng yang juga merupakan kekayaan budaya Negara kita tercinta. Sampai sekarang ritual potong rambut gimbal ini masih rutin dilaksanakan. Bukan saja untuk menjalankan kepercayaan yang sudah lama ada, tetapi juga demi tetap lestarinya budaya setempat agar tidak tergerus jaman.
Sumber : Harian Kompas dan infojawatengah.com
Ternyata kekayaan yang dimiliki oleh Dieng tidak hanya gunung berapi, jajaran pegunungan dan hamparan lading sayur mayur yang elok saja. Di sana juga menyimpan kekayaan budaya yang sangat unik, yaitu tradisi potong rambut gimbal. Tradisi ini terdapat di Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Walau tidak semua tak semua anak di desa berambut gimbal, namun jumlah anak yang berambut gimbal cukup banyak. Gimbal tersebut tidak seperti yang dimiliki oleh anak-anak penggemar aliran rasta atau anak punk yang dengan sengaja membuatnya menjadi gimbal. Gimbal yang dimiliki anak-anak di dataran Dieng ini terjadi secara alami.
Warga setempat percaya bahwa anak gimbal tersebut adalah titisan dari Mbah Kolodite yang diyakini secara turun-temurun sebagai kiai yang memilki ilmu spiritual tinggi di Dataran Tinggi Dieng pada dahulu kala. Awal mulanya seorang anak memiliki rambut gimbal adalah ketika mereka akan menginjak usia satu tahun. Anak-anak itu mengalami demam tinggi yang bagi medis tidak bisa mengatasinya. Hingga beberapa minggu setelah mengalami demam, timbullah rambut gimbal pada anak-anak itu. Jika rambut gimbal itu disisir, rambut itu akan kembali gimbal. Sementara jika rambut gimbal itu dipotong, anaknya akan sakit keras. Oleh karena itu diperlukan ritual khusus untuk memotong rambut gimbal.
Permintaan anak berambut gimbal harus dituruti sebagai syarat ritual, selain juga anak gimbal bersedia mengikuti ritual atas kemauannya sendiri. Ritual potong rambut gimbal dilaksanakan di Komplek Candi Arjuna. Permintaan anak gimbal bermacam-macam dan terkadang lucu atau aneh. Ada yang meminta tempe gembus setampah, bebek lima ekor, telur asin seember, seekor kambing dan lain-lainnya.
Setelah semua kebutuhan ritual terpenuhi, termasuk menambahkan ikatan kain di kepala dan menyelimuti tubuh anak gimbal dengan kain mori serta anak gimbal telah dibersihkan dengan air Sendang Sedayu, satu per satu anak gimbal didudukkan di tangga candi. Ritual pemotongan rambut gimbal dimulai, dengan diiringi rapalan doa dari sesepuh desa, orangtua dan warga yang hadir menyertai ritual.
Itulah salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Dataran Tinggi Dieng yang juga merupakan kekayaan budaya Negara kita tercinta. Sampai sekarang ritual potong rambut gimbal ini masih rutin dilaksanakan. Bukan saja untuk menjalankan kepercayaan yang sudah lama ada, tetapi juga demi tetap lestarinya budaya setempat agar tidak tergerus jaman.
Sumber : Harian Kompas dan infojawatengah.com
EmoticonEmoticon