"Screw the map – travel and get lost!" -Gomio.com-
Membuat sebuah itinerary selalu menyenangkan bagi saya.
Akan sedikit pusing dan menyita waktu memang, tapi selalu ada sebuah pelajaran baru saat membuat itinerary perjalanan.
Kenapa harus backpacker dan tidak ikut paket tour saja?
1. Karena Budget saya terbatas
2. Bebas mau kemana saja semau kita
3. Bebas mau ngabisin waktu berapa lama ditempat itu
4. Interaksi dengan Turis Lain, ngobrol, tau lebih banyak tentang negara lain
5. Interaksi dengan Warga Lokal, cara mereka berperilaku, budaya mereka, cara mereka memperlakukan kita
6. Belajar tentang semua alat transportasi yang ada di Kota itu
7. Just enjoy your Tour and Time
"Please be a traveler, not a tourist. Try new things, meet new people, and look beyond what’s right in front of you. Those are the keys to understanding this amazing world we live in – Andrew Zimmern"
Thailand...Lalu kita mau Kemana?
Saya hanya memiliki 5 hari di Thailand (dengan Budget Terbatas tentunya)
Jika tidak terbatas, tentu saja saya akan memilih : Chiang Mai - Bangkok - Pattaya - Ayuttaya - Phuket
Sebuah Pilihan, Chiang Mai atau Phuket? Saya harus benar-benar memutuskannya, karena 1 ada di utara, 1 ada diselatan. kecuali saya punya banyak uang untuk beli tiket pesawat connecting chiang Mai - Phuket. Saya bisa dapet semuanya. Tapi tidak sekarang, tidak dengan budget saat ini ;p
Chiang Mai: Chiang Mai itu pegunungan, melihat landscape gunung, temple, Hill Tribe (semacam suku pedalaman mereka), dan menuju perbatasan 3 negara
Phuket: Kita akan melihat landscape Laut, bawah laut, dan Keindahan Pantai-Pantainya
Perlu waktu untuk berfikir, sampai akhirnya saya memutuskan untuk ke Utara. Tujuan Saya ke negara lain untuk menjadi traveler, bener-bener ingin mengetahui tentang negara itu dari segi orang dan budayanya. jadi saya memutuskan ke negri mawar dari utara.
Jumat, 14 Februari 2014
*Klik Pict untuk melihat detail itinerary perjalanannya
Sabtu, 15 Februari 2014
*Klik Pict untuk melihat detail itinerary perjalanannya
Minggu, 16 Februari 2014
*Klik Pict untuk melihat detail itinerary perjalanannya
Senin, 17 Februari 2014
*Klik Pict untuk melihat detail itinerary perjalanannya
Senin, 18 Februari 2014
*Klik Pict untuk melihat detail itinerary perjalanannya
Total Biaya Perjalanan 5 hari di Thailand: Tiket PP Thailand + penginapan + biaya hidup disana + Transportasi + Objek wisata + Pertunjukan + Oleh-Oleh Rp 5.000.000
Thailand...Lalu Butuh Nuker Uang berapa?
Na...buat traveler kaya saya, dengan budget terbatas, saya harus benar-benar menyiapkan itinerary. Biar budgetnya pas, tempatnya dapet, dan perhitungan uang asing nya g mubazir. Karena kalo punya pecahan, kadang suka susah nuker lagi.
Jadi saya bener-bener perhitungkan, mana yang harus dibayar pake uang Bath, mana yang bisa dibayar pake Kartu Kredit, mana yang harus pake uang Rupiah :)
Thailand...Lalu kita harus Naik apa?
Transportasi di Thailand ada bermacam-macam. Lebih tepatnya, variasi transportasi umum lebih banyak ada di Bangkok. Saat ada di Bangkok, saat nya nyoba berbagai macam alternatif transportasi
Tuk - Tuk
Ini ni citranya Thailand..semacam motor yang dimodif...semacam becak motor, tapi motornya didepan, bukan dibelakang. Kalo naik taksi, ngebut uda biasalah ya..
Anda harus coba ngebut ala Tuk-tuk... jadi inget adegannya Pangeran Shin di kejar-kejar pers di Thailand. Ini asik! badan goyang kekanan kekiri, dan karena tuk-tuk itu kebuka, jadi ya angin kencang kemana-mana ... waktu itu kebetulan saya cm tgl punya waktu 1/2 jam untuk beli oleh-oleh..tapi belum dapet juga dan harus ganti toko...jadilah saya dibawa kebut-kebutan oleh si Tuk-Tuk
Taxi - Meter
Di Bangkok, hampir semua tempat ada taxi, dan warnanya bermacam-macam. Ada pink, hijau, kuning, biru..meriah sekali jalanan Bangkok dengan berbagai warna taxi. Kalau di Jakarta atau bogor kita lihat hampir setiap tempat ada angkot...naa..seperti itulah penampakan taxi di Bangkok. Tarif bukaannya 35 B.
Menurut pengalaman saya selama 5 hari disana, saya sangat suka memakai Taxi berwarna Kuning-Hijau. Kenapa? Driver-drivernya selalu sopan, mereka bisa baca peta yang kita tunjukin, dan kadang ada beberapa yang bisa bahasa inggris (walau sedikit-sedikit).
Oya..waktu kita dari sombat tour mau ke hotel, kita hanya punya foto hotel, alamatnya dalam bahasa latin, dan print Map hostel. Saya benar-benar lupa google tentang nomor hotel dan menyiapkan tulisan Thai-nya. jadilah si driver bingung, karena g bisa bacanya, kita juga bingung dan panik cari nomor telp hostel dan mencoba menjelaskan posisi hostel. Setelah muter-muter sambil terus mencari nomor telp, akhirnya kita dapet. Drivernya bener-bener baik...jadi merasa bersalah ;p
Hampir disetiap taxi, dibagian spion tengahnya, mereka menggantungkan kalung bunga berwana kuning, merah / putih. Kalau di indonesia semacam tasbih dikalungin di spion kali ya. Dan ada juga beberapa taxi yang didepan kemudinya, dipajang foto sang raja. Mereka benar-benar menghormati rajanya.
Airport Link
Dari Bandara suvarnabhumi ada beberapa cara menuju ke pusat kota. Kemarin saya mencoba 2 mode transportasi ini, city Line dan Express Airport Link.
Cityline berhenti di setiap stasiun, tarifnya 45 B jadi waktu yang diperlukan untuk ke arah kota lebih lama. dan kebanyakan orang-orang memkaianya juga, jadi jika anda membawa koper yang besar atau banyak akan menyusahkan jika memakai city line di jam padat.
Express airport link tarinya 90B. dari suvarnabhumi airport langsung menuju Phaya Thai (Tanpa mampir-mampir ke stasiun lainnya), waktu yang diperlukan juga lebih cepat.
BTS Sky Train
Kereta dengan jalur khusus diatas jalan-jalan diatas kota bangkok. Kartu nya bisa kita beli di mesin otomatis. Tapi bayarnya harus pake receh. Jadi kalau kita punyanya uang kertas, kita harus tuker uang kertas dengan uang receh ke petugasnya, trus baru de beli Tiketnya.
Di mesin otomatis, tercantum peta BTS dan angka disetiap stasiunnya. Angka itu menunjukan uang yang harus kita bayar kalo kita menuju stasiun itu. Jadi cukup liat, tempat tujuan stasiun kita, lalu klik angka sesuai yang tertera disitu, masukkan koinnya, lalu muncul kartunya.
Waktu mau masuk ke gate nya, cukup masukin kartu ke lubang yang tersedia, nanti kartu akan mucul dari lubang lainnya. ambil kartu, dan pintu gatenya akan terbuka. Kalo pas mau pulang, cukup masukan kartu ke lubang yang tersedia... Kalau pake tiket terusan (seperti KRL), cukup tap aja di atas mesin setiap kali kelaur masuk.
MRT
Kereta bawah tanah dibangkok, tiketnya bisa dibeli di mesin otomatis juga. Petanya nanti muncul di layar, trus tinggal touch aja di stasiun tujuan, nanti akan muncul harga yang harus dibayar. Jangan lupa klik tulisan English, kalo engga..tulisannya akan berbentuk tulisan Thai. Na..kalo MRT g perlu tuker-tuker uang receh, karena bisa pake uang receh / pake uang kertas.
Tiketnya berbentuk koin plastik, cukup di tap aja ke mesin otomatis, kalo mau keluar, tinggal dimasukin ke lubang yang ada.
Bus
Bus Kota
Sejauh yang saya tau, di bangkok ada 2 macam bus. AC dan non AC. yang AC bayar 12 B, yang non AC 10 B, Jauh deket sama aja harganya. Saya sudah mencoba kedua-duanya, rute hostel-monument. Tempat duduknya beda dengan trans Jakarta. Kalo trans Jakarta kesamping semua, kalau bus disni, ada yang kesamping ada yang kedepan.
Bus disini juga hanya berhenti di setiap Bus Stop. Tapi tidak ada yang bilang, ini udah sampe halte mana, jadi pastikan anda tahu patokan bangunan disekeliling halte jika ingin menggunakan bus. Dan juga, tulisan di halte bus adalah tulisan Thai, jadi saya juga tidak bisa memastikan saya sampai di halte mana.
Kalo mau naik bus kota, buka saja transitbangkok.com, nanti akan keluar rute bus. Anda tinggal melihat nomor yang ada didepan bus dan memastikan itu diarah yang benar.
Bus Antar Kota
Travel Bus yang terkenal di Bangkok adalah Sombat Tour. Kemarin saya coba bus ini ketika perjalanan ke Chiang Mai. Hampir semua bus Jarak jauh adalah bus tingkat. saya bayar 563 bath (kelas paling rendah di sombat tour) untuk rute bangkok - Chiang Mai.
Fasilitasnya: Tempat duduk dengan tempat kaki, selimut, bantal, air mineral, minuman strawberry, dan snack roti 2 biji.
Rasanya asyik pake bus tingkat ke Chiang Mai. Jarak chiang Mai - Jakarta hampir seperti Jakarta - Jogja. Kami dijalan selama 10 jam. Tadinya saya sempat cemas, karena paginya saya ada tur jam 08.00. Takut busnya telat (seperti di Indonesia, kadang ada yang bisa telat sampai berjam-jam karena jalanan macet). Tapi disini, g perlu khawatir sepertinya untuk perjalanan malam luar kota, karena sepanjang perjalanan tidak padat seperti perjalanan Jakarta-jogja atau jakarta-semarang. Kami pun sampai di Chiang Mai pas pukul 06.00 pagi.
Boat
Untuk mengarungi Chao Praya, kita bisa memilih ingin memakai Public Boat atau Tourist Boat.
Public Boat : Harga 15 B, jauh dekat sama saja. Berhenti disetiap dermaga kecil
Tourist Boat : Harga 150 B, bisa dipakai 1 hari kemanapun.
Thailand...Lalu kita Menginap Dimana?
Ada berbagai macam tarif hotel dan hostel di Thailand. Tinggal buka Agoda.com, dan semacamnya. saya mencari hostel yang kisaran 100-125 ribu per malam. Kalau dulu saat di Malaysia atau singapur, saya memilih Hostel backpacker Dorm female (dimana 1 kamar bisa isi 6 tempat tidur dan campur dengan orang lain).
-We Believe Hostel-
Kali ini saya memilih Private Room, karena harganya jika dibagi dua sama dengan harga 1 dorm. 125.000 per orang 1 malam, kamarnya asik, ada ACnya, share bathroom, interiornya juga keren. Tapi memang agak jauh dari kota. Keuntungannya, kami bisa asyik mencoba mode transportasi di Bangkok. kerugiannya terkadang jika butuh cepat, ada driver taksi yang tidak mengerti dimana tempatnya. Tapi kalo pake Taxi kuning hijau, mereka selalu mau mengantar dan bisa membaca petanya :)
Kalo kawasan penginapan backpacker yang terkenal dibangkok adalah kawasan Khaosan Road. Seperti gang - gang yang ada di Malioboro, hampir semua backpacker menginap di Khaosan Road. Dekat dengan Tempat-tempat wisata di sekitar kota dan banyak pilihan makanan disekitarnya.
Thailand...Lalu kita Makan Apa?
Lumayan susah memilih makanan di Thailand ini, karena hampir disetiap tempat mengandung "Pork". Kami memilih makanan yang safety-safety saja. seperti Chicken Noodle Soup, KFC, dan MCd. Biasanya kita makan nasi hanya sekali sehari karna susahnya mencari makanan halal. Tapi bukan hanya karna itu, alasan lebih tepatnya karena kami sudah terlanjur kekenyangan makan street food di Thailand
Thailand...Lalu kita Belanja Dimana?
Saat di Thailand, saya sempat mengunjungi berbagai tempat perbelanjaan. Tidak banyak, karena niat saya ke negri ini memang bukan untuk Belanja. Kami menyempatkan diri melihat:
Chatuchack Weekend MarketChatuckak weekend market merupakan pasar terbesar. Disana dijual berbagai macam jenis barang, mulai dari pakaian, souvenir, barang-barang pajangan rumah, barang-barang unik lainnya yang belum pernah saya temukan, dan tentu saja kuliner makanan.
Platinum
Platinum menjual banyak macam barang. Namun mayoritas yang dijual adalah pakaian (semacam baju-baju korea yang sekarang marak di OL Shop). Untuk toko souvenirnya ada di Lt. 6, namun hanya sedikit toko yang ada disitu.
Pratunam Market
Susah bagi kami untuk menemukan Pratunam, karena kami membayangkan bentuk gedung pratunam sama dengan Platinum. Ternyata Pratunam Market semacam Jualan di pinggiran malioboronya dengan los-los yang ada disamping-sampingnya. Saya membeli gajah gold pesenan temen saya. disitu saya lumayan dapet murah.
Asiatique
Tidak sengaja pergi ke Asiatique. Waktu itu kami hanya bingung, akan mencari makan malam dimana dan menikmati malam di kota bangkok ini dengan cara apa. Akhirnya setelah ngenet-ngenet, tercetuslah ide ke Asiatique. Naik BTS ke saphan Taksin dan kami naik boat gratis menuju asiatique.
Malam itu kami menikmati malam dengan mengarungi Chao Praya River selama 15 menit. Makan malam di KFC dengan chicken spicy nya (dimasak dengan bawang bombay dan daun mint), dan melihat-lihat barang-barang di Asiatique. Banyak souvenir dijual disini, banyak juga barang lucu-lucu yang dijual disini.
Kalau saya pergi ke Thailand lagi, untuk belanja saya akan lebih prefer ke Asiatique. Karena semua titipan teman-teman saya sebenarnya ada disana. Mulai dari tas, dompet, rok, hiasan dinding, patung gajah, oleh-oleh gantungan kuci, bahkan milk tea nestea yang selalu dibicarakan untuk oleh-oleh pun bisa dibeli disini.
Saya memilih Chatuckack weekend market untuk street foodnya. Banyak sekali pilihan makanan disini, unik, dan g ada di Indonesia. Mungkin saya tidak akan ke pratunam dan Platinum lagi, karena bukan tipe Belanja saya..;p
Thailand...Lalu Ngobrol dengan siapa saja disini?
Warga Lokal
Namanya Pew (saya tidak tahu cara menuliskan namanya, tapi pengucapannya seperti ini), seorang warga lokal berumur 20-an yang mengantarkan saya ke sombat tour. Pertama kali kami menginjakan kaki di kota Bangkok, kami salah tempat. Tadinya saya ingin menuju Mo Chit Bus Station, namun kita malah naik BTS ke mo Chit station. Saya kira itu tempat yang sama. Waktu kami tanya ke warga lokal, dia sebenernya tau tempat itu..namun tidak bisa menjelaskan dengan bahasa yang kita mengerti. Waw...welcome to the jugle. dimana mayoritas orang disini tidak bisa berbahasa Inggris dan membaca tulisan Latin.
Pew Baik banget..dia tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata, tapi dia menuntun kami sampai mendekati tempatnya. namun karna susah dan dia pikir agak jauh kalo jalan kaki, akhirnya kami masuk kesebuah taxi, diantar dia juga. Sampai ditempatnya, ketika saya mau bayar malah dilarang sama dia. dengan bahasa tarsannya, kira-kira dia berkata begini " sudah, saya saja yang bayar taxi-nya"
Driver Taxi
Karena kami sering naik taxi, kami sering berinteraksi dengan driver taxi. Namun lagi-lagi...mereka cuma bisa bahasa Thailand dan tulisan Thailand. Jadi..prepare ya kalau disana, siapkan map yang ada tulisan Thai-nya atau print tulisan Thai di tempat-tempat yang ingin kita tuju, biar bisa sampe tempat dengan tepat.
Banyak yang pengen saya obrolkan dengan driver-driver taxi sebenernya. Seperti kenapa mereka selalu menaruh bunga di kaca spion depannya, kenapa mereka menaruh foto sang raja dimobilnya, kenapa di sudut-sudut jalan yang kami lewati selalu ada foto raja-raja mereka, kenapa setiap mereka melewati grand palace, mereka selalu menyempatkan diri berpose seperti memberi salam ala "Thai"..kenapa, kenapa dan kenapa...hiks...tapi sayang mereka tidak bisa bahasa inggris..
Tourist Asing
Namanya Shanni. Saya berkenalan dengannya pada saat perjalanan tour di Chiang Mai-Chiang Rai. Shani adalah orang Israel, agamanya Jew. Dia keluar dari tempat dia kerja sekarang demi bisa travelling selama hampir 4 Bulan. dia mengunjungi beberapa negara seperti India, Nepal, thailand, Singapura, dan lain-lain. Orangnya sangat kritis, dia selalu bertanya kenapa begini dan kenapa begitu. Ketika saya shalat di dalam kendaraan yang kami tumpangi, dia bertanya.." bolehkah saya dapet penjelasan, tadi kamu melakukan apa saja", dan saya pun menceritakan tentang shalat. Dia juga menceritakan tentang Jew, kepercayaannya. Tentang Tuhannya, tentang kitab sucinya.
Saya juga sempet ngobrol dengan tourist asal Jerman saat perjalanan saya dari Bangkok-Ayuttayha. umurnya 51 Tahun. Dia 2 minggu ada di Thailand, untuk pekerjaan dinas. Dia menuju ayuutthaya beristirahat sejenak. Dia bercerita tentang keluarganya. berasal dari Jerman. Dia tinggal di Spain tapi Suaminya tinggal di Jerman. Kami langsung bertanya...jadi selama ini anda berhubungan jarak jauh dengan suami anda? Ya..dia hanya menjawab santai..saya sekarang bukan anak berusia 23 tahun lagi yang kemana-mana harus bersama dan harus dekat. saya sudah mengenalnya sejak umur 16-an dan tinggal bersama, kami menikah di usia 27-an. Dan beginilah hidup kami sekarang..
Tourist asal Indonesia
Namanya Mutia. Saya ngobrol dengannya saat perjalanan Ayuttaya-Bangkok. Dia sering travelling ke luar negri, pekerjaannya owner ol Shop... jadi flexible mau jalan kapanpun. Dia bercerita tentang pentingnya asuransi perjalanan yang seharusnya kita punya kalo kita pergi keluar negri. for safe our self. Hari itu kami ngobrol acak. Mulai dari asuransi perjalanan, tiket murah, komunitas backpacker dunia, warung OL shopnya, instagramnya ibu Ani...wah...perjalanan Ayuttaya Bangok sore itu tidak terasa lama karena obrolan kami.
Thailand...Lalu kita Belajar apa lagi disini?
By,
-Indah Kusumastuti-