AIR MATA RASULULLAH MENJELANG PERANG BADAR
Dalam Perang Badar, Strategi Nabi Muhammad SAW. Untuk melumpuhkan kekuatan musuhnya adalah menguasai mata air terlebih dahulu yang berada di Badar.
Dengan dikuasainya sumber mata air, minimal kondisi fisik pasukan dapat dijaga. Sebab, di padang pasir yang tandus, kering, panas, dan ganas ini, air adalah sarana yang sangat vital dalam kehidupan, lebih – lebih untuk kepentingan pasukan perang. Bagaimanapun kuatnya pasukan dan canggihnya strategi perang, jika pasukannya kekurangan air, kekuatannya bisa menjadi loyo. Bahkan, pasukan itu bisa mati kehausan karenanya. Inilah yang menjadi perhatian utama Rasulullah saw dalam perang Badar.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. Membawa pasukannya ke mata air Badar agar bisa menguasai sebelum pasukan Quraisy datang. Rasulullah saw. Dan pasukannya tiba di tempat tersebut pada petang hari.
Di sini Hubaib bin Al-Mundir tampil layaknya seorang penasihat militer seraya bertanya kepada Rasulullah saw.,
“Ya Rasulullah, Bagaimana pendapatmu tentang keputusan berhenti ditempat ini? Apakah ini tempat berhenti yang diturunkan Allah kepadamu? Jika begitu keadaannya, maka tidak ada pilihan bagi kami untuk maju atau mundur dari tempat ini. Ataukah ini sekedar pendapat, siasat, ataupun taktik perang?”
Beliau lantas menjawab dengan lemah lembut, “Ini adalah pendapatku dan merupakan siasat dari taktik perangku.”
Mendengar jawaban Nabi Muhammad saw. itu, Hubaib kemudian berkata, “Ya Rasulullah, menurutku tidak tepat jika kita berhenti disini. Pindahkan pasukan ini ketempat yang lebih dekat dengan mata air dari pada nanti didahului oleh orang-orang musyrik.”Kita berhenti ditempat tersebut lalu kita timbun kolam-kolam dibelakang mereka, lalu kita membuat kolam yang kita isi air hingga penuh. Setelah kita selesai berperang menghadapi mereka, kita bisa minum dengan leluasa, sedangkan mereka tidak bisa.”
Usulan Hubaib bin Al-Mundzir ini diterima oleh Rasulullah saw. Lalu beliau berkata kepadanya, “Engkau telah menyampaikan pendapat yg benar.”
Selanjutnya Nabi Muhammad saw. memindahkan pasukannya hingga posisi mereka dekat dengan mata air. Posisi ini sangat menguntungkan daripada posisi musuh yang jauh dari tempat air. Separuh malam pasukan islam berada di tempat tersebut. Lalu mereka membuat kolam air kemudian menimbun kolam-kolam yang lain.
Tatkala pasukan Islam sudah berhenti ditempat yang dekat dengan mata air, maka Sa’ad bin Mu’adz mengusulkan kepada Rasulullah saw. supaya pasukan Islam membuat tempat khusus bagi beliau untuk memberikan komando dalam perang nanti. Ini sekaligus sebagai antisipasi adanya serangan yang mendadak serta kemungkinan jika kaum muslimin terdesak dan belum bisa memastikan kemenangannya.
Sa’ad lalu berkata, “Wahai Nabi Allah, bagaimana jika kami membuat sebuah tenda bagimu? Bagaimana jika kami juga menyiapkan kendaraan disisimu? Biarlah kami saja yang menghadapi musuh. Jika Allah memberikan kemenangan kepadad kita, maka itu memang kami inginkan. Namun jika hasilnya lain, engkau bisa langsung pergi dengan kendaraan itu untuk menyusul orang-orang yang ada dibelakang kami. Wahai Nabi Allah, mereka jauh lebih mencintaimu daripada cinta kami kepadamu. Jika mereka menganggap bahwa engkau harus menghadapi perang, tentu mereka akan senantiasa menyertaimu. Allah pasti membelamu bersama mereka, memberikan nasihat kepadamu, juga turut berjihad bersamamu.”
Saran Sa’ad ini diterima oleh Rasulullah saw. dengan senang hati. Beliau juga tidak lupa mendoakan kebaikan kepada sa’ad. Kemudian kaum muslimin membuat sebuah tenda ditempat yang tinggi, tepatnya disebelah timur laut dari medan pertempuran.
Ada beberapa pemuda Anshar yang ditunjuk Sa’ad bin Mu’adz untuk berjaga-jaga disekitar Nabi Muhammad saw.
Kemudian Rasulullah saw. mempersiapkan pasukannya. Beliau lalu berkeliling dengan pasukannya di sekitar arena yang akan dijadikan ajang pertempuran. Beliau menunjukan jarinya ke suatu tempat sambil berkata, “InsyaAllah, ini tempat kematian si fulan esok hari.”
Pada malam itu, beliau lebih banyak mengerjakan shalat didekat pangkal sebuah pohon yang tumbuh disana. Sedangkan orang-orang muslim pada tidur dengan embusan napas yang tenang seakan-akan menyinari angkasa. Hati mereka ditaburi keyakinan akan kemenangan. Mereka cukup istirahat pada malam itu, dengan harapan besok paginya dapat kabar gembira dari Allah.
Ali bin Abi Thalib berkata, “Pada hari Perang Badar tidak ada orang yang menunggang kuda kecuali Al Miqdad. Aku melepaskan pandangan ke kanan dan ke kiri. Semuanya tidur dengan nyenyak karena kelelahan, kecuali Rasulullah saw. Beliau, yang berada di bawah sebatang pohon, terus melakukan shalat sambil menangis hingga menjelang pagi.[13]
Nabi Muhammad saw. menangis dalam shalatnya menjelang Perang Badar adalah dalam usaha memohon pertolongan kepada Allah agar kaum muslimin diberi kemenangan. Sekaligus, untuk mengembalikan wibawa kaum muslimin dari penghinaan dan penindasan kafir Quraisy.
Peristiwa tersebut terjadi pada malam jum’at tanggal 17 Ramadhan, 2 Hijriah. Sementara itu keberangkatan beliau menuju medan Badar pada tanggal 8 atau 12 dari bulan yang sama.[14]
EmoticonEmoticon